Prof Ahmet Kuru: Pemenuhan Hak Minoritas Tunjukkan Agama Berfungsi sebagai Solusi
Kamis, 3 November 2022 | 16:00 WIB
Guru Besar Universitas San Diego Amerika Serikat Prof Ahmet T Kuru saat berbicara di forum R20 di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (3/11/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)
Nusa Dua, NU Online
Guru Besar Universitas San Diego Amerika Serikat Prof Ahmet T Kuru mengatakan, minoritas kerap kali mengalami diskriminasi dan pengucilan dari mayoritas. Hal demikian terjadi di berbagai tempat dengan faktor yang begitu beragam, baik atas dasar etnis, suku, hingga agama.
Karenanya, ia menegaskan bahwa pemenuhan hak-hak bagi masyarakat minoritas merupakan satu hal yang dapat menjadi solusi bagi terwujudnya perdamaian dunia.
“Pemenuhan hak-hak minoritas benar-benar menjanjikan,” katanya saat menjadi pembicara pada sesi panel keempat Forum Agama G20 (Forum R20) di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (3/11/2022).
Menurut dia, jika hal tersebut bisa dimainkan peranannya oleh agama, berarti agama dapat menunjukkan fungsinya sebagai solusi bagi problem umat manusia, bukan sebagai masalah.
“Ini arah sesungguhnya bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi, bukan sebagai masalah,” jelas akademisi asal Turki itu.
Kuru melihat bahwa sebetulnya sudah ada upaya untuk mewujudkan hal tersebut, baik dari Yahudi, Islam, ataupun kelompok agama yang lain. Hal ini tampak dari presentasi dari setiap narasumber.
“Panelis memberikan jawaban. Berani dan berwawasan tentang bagaimana mereformasi tradisi Yahudi, (Kristen) Mormon, dan Islam dalam memenuhi hak-hak minoritas,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kuru menegaskan bahwa sikap umat manusia harus memenuhi
landasan moral agama. Dengan begitu, ia meyakini diskriminasi dan pemenuhan hak kaum minoritas akan terwujud sehingga semua manusia, apa pun latar belakang agamanya itu setara dalam konteks sebagai warga negara.
“Sikap religius itu akan membantu kewarganegaraan yang setara,” pungkas pria yang mendapatkan gelar doktor dari Universitas Washington, Amerika Serikat itu.
Prof Kuru tampil bersama sejumlah panelis. Antara lain, Rabbi Prof Alan Brill (Amerika Serikat), Rabbi Prof Silvina Chemen (Argentina), Uskup Matthew Hassan Kukah (Nigeria), Elder Gary E Stevenson (Amerika Serikat), H Imam Addaruqutni (PP Muhammadiyah), maupun KH Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam PBNU).
Pembicara dalam forum dialog pemuka agama dunia ini tak hanya dari kalangan pria, namun juga sejumlah panelis perempuan. Sederet nama perempuan inspiratif muncul pada gelaran ambisius itu.
Dalam rangkaian acara R20 pada hari pertama yang terbagi dalam 3 plenary session, delegasi Komunitas Dewan Internasional Sant’Edgiodio, Valeria Martano dari Italia mengisi diskusi panel.
Total negara yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20 sebanyak 32 negara. Sebanyak 338 partisipan terkonfirmasi hadir, 124 berasal dari luar negeri. Forum tersebut menghadirkan 45 pembicara dari lima benua.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori