Jombang, NU Online
Putra Putri Pendiri Bangsa Dan Tokoh Lintas Agama berkumpul di pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (13/8). Mereka ‘terpaksa’ turun gunung mengingatkan pemerintah dengan memberikan Seruan Kebangsaan agar segera merajut kembali kebhinekaan yang digelorakan pendiri Bangsa.
Mereka adalah Nuskhi Hadikusumo cucu Ki Bagus Hadikusumo, Salahudin Wahid Putra KH Wachid Hasyim, SR Handini B Maramis, Putri AA Maramis, Agus Tanzil Sjahroezah, Cucu Agus Salim, MA Rahadi Subardjo , Putra Prof Mr Achmad Soebardjo, Nugroho Abi Kusno Cucu Abikoesno Tjokrosoejoso dan Meutia Hatta putri Bung Hatta.
“Sebagai putra putri pendiri bangsa, kita prihatin atas kondisi bangsa terutama terkait pentingnya soal Bhineka Tungal Ika yang agak kurang baik, harus bisa dipersatukan kembali, rakyat harus sejahtera dan Negara harus aman, kedaulatan harus dijaga dengan baik,” ujar Meutia Hatta usai membacakan Seruan.
Apakah kondisi Negara sudah sangat genting, sehingga putra-putri pendiri bangsa harus turun gunung memberikan Seruan Kebangsaan, putri mantan wakil presiden pertama Mohamad Hatta ini tidak menampik.
”Bisa dikatakan seperti itu, tapi yang terpenting apa yang harus dilakukan bersama, oleh semua pihak. Kita memiliki musuh bersama yang harus dihadapi. Musuh yang dihadapi tidak harus konkrit, tetapi abstrak, seperti kemiskinan, penganggauran dan lainnya harus kita hadapi bersama,” tandasnya.
Hal yang sama disampaikan KH Salahudin Wahid yang mengatakan pemerintah harus segera meminimalisir adanya benih-benih intoleransi yang bisa menyebabkan perpecahan.
”Kita merasa ada hal hal yang mengganggu kita akhir-akhir ini, potensi perpecahan itu ada, seberapapun kecilnya harus kita cegah, kita nanti akan keliling kekeberapa tokoh menyampaikan seruan ini, termasuk menyampaikan kepada presiden,” ujarnya.
Untuk mencegah pontensi perpecahan itu, lanjut Gus Salah biasa dipanggil adalah menjaga toleransi. Semuanya bertanggunggungjawab untuk mencegah hal itu.
”Kuncinya toleransi, toleransi itu adalah menghargai perbedaan. Dan itu ada kaedahnya, yakni jangan melakukan sesuatu kepada orang lain, sesuatu yang tidak diinginkan kepda kita. Itu adalah Golden role of etik,”ujarnya.
Sementar itu, Menteri Sosial Khofifah Indarparawansah yang menerima Seruan Kebangsaan dari Putra Putri Pendiri Bangsa dan Tokoh Lintas Agama mengatakan, pihaknya akan meneruskan kepada presiden Jokowi.
“Seruan ini akan kami sampaikan secara langsung kepada bapak presiden. Dan sudah saya konfirmasikan kepada Menteri Sekretaris Negara. Dan saya sudah ngomong kepada beliau-beliau jika berkenan seruan ini akan sangat besar signifakansinya, jika seruan ini bisa disampaikan langsung kepada bapak presiden,” ujarnya.
Khofifah yang juga Ketua PP Muslimat NU ini menambahkan dari 9 tokoh nasional, yang merumuskan hal-hal subsantif pendirian bangsa ini, ada 4 dari nasionalis, 4 islam dan kelompok Kristen.
“Kebersamaan mereka, atas nama wakil para pendiri bangsa, sebagai hadiah ulang tahun Kemerdakaan Bangsa Indonesia yang ke 72. Mereka tidak bisa tinggal diam, mereka turun gunung dan seruan nasional,”tandas Mensos.
Yang juga penting, lanjut Khofifah, seruan ini juga ditandatangani oleh putra putri pendiri bangsa tetapi juga oleh lintas agama, "ini bersatunya mereka, mudah mudahan bisa menjadi perekat yang lebih kuat untuk NKRI kedepannya,” pungkasnya. .(Muslim Abdurrahman)