Bandung, NU Online
H Eman Suryaman, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat menyatakan bahwa teror bom seperti ini sudah biasa terjadi. Tetapi bukan berarti kita tidak boleh menganggap hal tersebut sebagai kebiasaan yang dimaklumi. Sebab menurut Eman Suryaman, aksi terorisme itu bukan saja merugikan nyawa manusia, melainkan juga merugikan perekonomian, lingkungan dan beban psikologis yang berat bagi keluarga korban, termasuk merusak sendi-sendi bangunan sosial-kemasyarakatan.<>
“Pemerintah dalam hal ini harus segera bertindak untuk lebih waspada. Baru saja kami kemarin (Rabu, 13 Januari 2016) berkoordinasi dengan kepolisian Kapolda Jawa Barat di Bandung membicarakan potensi-potensi gerakan radikal di Indonesia, terutama di Jawa Barat. Tiba-tiba hari ini aksi terorisme sudah terjadi. Kami menyayangkan hal tersebut, turut berduka pada keluarga korban, dan menyerukan kepada kepolisian, militer dan organisasi sosial kemasyarakatan untuk segera merapatkan barisan guna menanggulangi teorisme,” katanya dalam release yang dikirimkan ke NU Online.
Menurutnya, terorisme ini bisa merajalela jika tidak dicegah secara bersama-sama. Sebagai problem masyarakat, problem semua ajaran agama, terorisme harus ditanggulangi sebelum terus melakukan tindakan-tindakan yang merugikan banyak orang. Memerosotkan sendi-sendi kebangsaan dan sendi-sendi kenegaraan.
Khusus untuk Wilayah Jawa Barat, PWNU menghimbau agar pihak kepolisian lebih tanggap, lebih cermat dan lebih serius menanggulangi aksi-aksi teror ini. “Pak Gubernur Jawa Barat saya harapkan lebih serius memimpin penanggulangan aksi teror ini. Sebab jika tidak, Jawa Barat bisa menjadi ajang permainan-permainan politik garis ekstrem yang akan merusak sosial-politik di Jawa Barat.”
Dinilainya selama ini Jawa Barat sangat lapang bagi masuknya paham ekstremis Islam dan sampai pada faktanya Jawa Barat menjadi provinsi yang intoleran.
“Pak Gubernur Ahmad Heryawan pasti memperhatikan hal tersebut dan yang lebih penting lagi adalah melakukan tindakan yang cepat dan tanggap. Jangan lambat karena dari PWNU Jawa Barat dan PBNU juga mendapatkan banyak informasi gerakan-gerakan Islam radikal alumni Timur-tengah yang berafiliasi ke ISIS mulai kembali ke tanah Air,” imbuhnya.
Yang lebih mengerikan lagi, banyak alumni Timur-Tengah yang berasal dari Jawa Barat dan sudah kembali ke Jawa Barat, dan juga sebagian lagi yang bukan berasal dari Jawa Barat juga beroperasi di Jawa Barat.
“Data-data di PBNU terus mengalami perkembangan, dan kami berharap dari pihak pemerintah, intelijen, kepolisian dan LSM bisa memberikan masukan-masukan kepada PBNU atau PWNU di seluruh Indonesia. Terlepas apakah tindakan bom tersebut terkait dengan ISIS atau tidak, yang jelas, alumni-alumni Timur Tengah yang sekarang sudah menjadi bagian dari kelompok ekstremis itu akan sangat membahayakan bagi masyarakat,” tuturnya.
Kepada internal pengurus Nahdlatul Ulama se Jawa Barat ia mengharapkan mereka untuk segera konsolidasi internal di masing-masing kepengurusan dari tingkat Pengurus Cabang hingga tingkat ranting. Selain koordinasi dengan sesama pengurus internal, juga harus segera menjalin hubungan dengan organisasi lain, seperti Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan organisasi-organisasi lintas agama.
Hal tersebut harus dilakukan karena masalah terorisme ini bukan semata masalah politik, melainkan sebuah bencana yang kapan saja di mana saja bisa menimpa masyarakat.
“Semoga Allah Swt melindungi kita semua. Dan bangsa ini bisa selamat dari bencana terorisme. Tidak ada agama yang mengajarkan terorisme. Tidak ada agama yang menganjurkan kekerasan apalagi bunuh diri, terlebih membunuh nyawa yang tidak berdosa.” Red: Mukafi Niam