Rais 'Aam KH Miftachul Akhyar Tegaskan PBNU Kompak Jalankan Program
Jumat, 17 Februari 2023 | 20:15 WIB
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat memberikan sambutan pada Tasyakuran 1 Abad NU dan Doa untuk Muassis-Masyayikh NU di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis malam (16/2/2023). (Foto: NU Online/Choirul Anam)
Jombang, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menegaskan program-program yang dicanangkan PBNU selalu melalui musyawarah di antara pengurus, baik di jajaran tanfidziyah maupun di level syuriyah. Kedua unsur kepengurusan tersebut di tubuh PBNU berjalan beriringan dan solid.
"Semua program-program PBNU selalu terlaporkan, selalu disodorkan, selalu dirembuk, jadi tidak jalan sendiri," katanya saat menghadiri Tasyakuran 1 Abad NU dan Doa untuk Muassis-Masyayikh NU di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis malam (16/2/2023).
Pasal 14 ayat 3 Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama dijelaskan bahwa syuriyah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama. Sementara jabatan di dalam pengurus harian syuriyah terdiri dari rais ‘aam, wakil rais ‘aam, beberapa rais, katib ‘aam, dan beberapa katib.
Selanjutnya, pada pasal 18 Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama menjelaskan bahwa syuriyah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya.
Kaitannya dengan hal itu, Kiai Miftach memastikan bahwa syuriyah PBNU telah menjalankan fungsi-fungsinya sebagai institusi tertinggi di tubuh Nahdlatul Ulama. Begitu juga kepengurusan PBNU di tingkat tanfidziyah. Mereka kompak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Kepengurusan dalam PBNU, baik tanfidziyah maupun syuriyah sama-sama memiliki pekerjaan dan tugas masing-masing. Hal ini karena mandat jabatan yang harus diterjemahkan dalam bentuk program-program, sehingga garis koordinasi antara dua unsur kepengurusan berjalan sesuai dengan yang diharapkan aturan-aturan yang berlaku.
"Dan syuriyah pun melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, tanfidziyah pun juga demikian," jelas pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya ini.
Kekompakan ini menurutnya harus terus dirawat. Pengurus-pengurus NU hari ini berada pada momentum yang sangat istimewa, yakni usia NU 1 abad dan memasuki abad kedua. Karenanya, perlu memberikan teladan melalui legasi yang diharapkan menjadi pijakan untuk generasi-generasi berikutnya.
"Ini harapan kami sebagai modal yang panjang nanti juga mewariskan kepada generasi-generasi selanjutnya untuk menyongsong abad kedua NU. Sehingga Nahdlatul Ulama menjadikan para muassis ini senang. Apalagi malam ini kita berada di tanah, di rumah katakanlah Hadratussyekh KH M Hasyim berjuang," ungkapnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Syakir NF