Cirebon, NU Online
Setiap orang memiliki tindak-tanduk masing-masing. Baik-buruknya kelak bakal dihisab oleh Allah di hari kiamat. Setelah dihisab, semua orang bakal hancur. Jika orang dihisab tentu akan rusak, kecuali mendapatkan rahmat Allah. Intinya, masuk surga bukan karena amal.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdullah Kafabihi Mahrus Ali mengatakan hal tersebut dalam tausiyah Ziarah Kubur dan Tahlil Umum Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren 2019 di pemakaman Gajah Ngambung, Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (6/4).
Kiai Kafa, sapan akrabnya, lebih lanjut menceritakan sosok khalifah pertama. Konon, Sayyidina Abu Bakar suatu malam merasa lapar. Ia pun keluar dan bertemu Rasulullah SAW. Ayah Sayyidah Aisyah itu lalu dijamu makan oleh Rasul. “Apa yang kita nikmati di dunia. Besok akan ditanyai, dimintai pertanggungjawaban Allah SWT,” katanya mengutip sabda Nabi kepada Abu Bakar.
Dari cerita itu, Kiai Kafa menjelaskan bahwa segala hal yang telah diterima bakal diminta pertanggungjawabannya, tentang cara mendapatkannya, tujuannya apa, dan digunakan untuk apa.
Perhitungan amal itu juga tidak menyelamatkan orang dari panasnya api neraka, kecuali orang tersebut mendapatkan rahmat Allah. “Kita tidak mungkin selamat kecuali mendapatkan rahmat Allah SWT,” kata Pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu.
Meskipun demikian, bukan berarti beramal baik itu akan percuma. Sebab, Kiai Kafa mengungkapkan bahwa di akhirat kelak, orang akan dikumpulkan bersama orang yang dikasihinya. “Besok akan dikumpulkan dengan siapa yang dicinta,” terangnya.
Oleh karena itu, kehadiran kita di haul Buntet Pesantren merupakan bukti cinta kepada orang saleh. Dengan modal itu, orang akan derajatnya oleh Allah dan dipertemukan dengan orang-orang saleh.
Namun, modal cinta orang saleh saja, menurutnya, tidak cukup. “Orang hanya modal cinta saja kurang bermanfaat. Cinta dengan kiai adalah bagaimana amal kita bisa munasabah dengan kiai," tandasnya.
Kegiatan tahlil umum itu dipimpin oleh KH Amiruddin Abdul Karim. Sedangkan doa dipimpin KH Ahmad Mursyidin. Dalam kegiatan ini juga dibacakan sejarah pendirian (tarikh ta'sis) Pondok Buntet Pesantren oleh KH Ade M Nasihul Umam. (Syakir NF/Musthofa Asrori)