Ramai-ramai SGIE, Indonesia Naik ke Peringkat 3 Dalam Laporan 2023
Kamis, 28 Desember 2023 | 06:00 WIB
Jakarta, NU Online
State of Global Islamic Economy (SGIE) menjadi persoalan yang ramai dibahas oleh publik pascadebat cawapres pada 22 Desember 2023 lalu. SGIE adalah negara-negara yang tergabung dalam perputaran global ekonomi halal dengan laporan yang dirilis setiap tahunnya oleh Dinar Standard di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Pada Selasa (26/12/2023), Dinar Standard merilis laporan SGIE tahun 2023 yang berisi perputaran global ekonomi halal di 81 negara di dunia. Laporan ini disusun oleh Department of Economic and Tourism Dinar Standard.
Pada tahun ini, perputaran ekonomi halal di Indonesia berkembang pesat dan mengantarkannya menempati urutan ketiga menggeser Uni Emirat Arab (UEA) ke posisi empat dalam Global Islamic Economy Indicator (GIEI/Indikator Global Ekonomi Islam). Sementara posisi pertama masih dipertahankan Malaysia setelah 10 tahun sejak SGIE dirilis pertama kali 2013. Posisi tersebut, disusul dengan Arab Saudi di urutan kedua. Sementara itu, Bahrain menduduki posisi kelima. Tahun ini juga menjadi pertama kalinya Bahrain bisa memasuki urutan lima besar setelah tahun 2019-2020.
Di dalam Laporan SGIE tertera bahwa faktor Indonesia bisa naik ke peringkat ketiga karena 5 sektor perekonomian masuk ke dalam 10 besar perkembangan global ekonomi islam.
Sektor tersebut antara lain.
- Peringkat 2 sektor produk makanan halal,
- Peringkat 3 sektor busana halal,
- Peringkat 5 sektor kosmetik dan obat-obatan halal,
- Peringkat 6 sektor media dan rekreasi,
- Peringkat 7 sektor finansial islam.
Laporan tahunan SGIE ini berisi perkembangan tahunan ekonomi islam yang meliputi produk halal, sektor finansial islam, layanan, dan gaya hidup di sebuah negara.
Pada tahun 2022-2023 ini, nilai investasi perusahaan-perusahaan yang terkait dengan ekonomi islam mengalami peningkatan hingga 128 persen dari tahun sebelumnya, yakni mencapai angka 25,9 miliar USD (setara 398,6 triliun rupiah).
Lebih dari 55 persen investasi berada ada kategori finansial islam, diikuti dengan media sebesar 19,2 persen, pariwisata 13,1 persen, dan makanan halal 8,5 persen. Angka-angka tersebut menrefleksikan hasil merger dan akuisisi perusahaan, investasi modal ventura pada start-up di bidang teknologi, dan investasi ekuitas swasta.
Baca Juga
4 Bahaya Makanan yang Tak Halal
Dengan naiknya tingkat perputaran ekonomi halal pada tahun 2023, 33 sinyal peluang utama teridentifikasi. Di antara 33 peluang tersebut, termasuk sertifikasi halal baru, DeFi (Decentralized Finance) Islami dan Blockchain, rekreasi dan retret spiritual, pariwisata yang digerakkan oleh AI, perdagangan melalui media sosial, permintaan perubahan minat gaya busana, pertumbuhan vaksin dan biofarmasi, inovasi farmasi ramah lingkungan, dan perdagangan langsung.
Dilansir dari laman web Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama RI, Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham, mengatakan bahwa gambaran komprehensif GIEI 2023 harus direspons positif sebagai peluang ekonomi halal global yang bernilai triliunan dolar.
GIEI 2023 menyebutkan impor produk halal oleh negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) yang mencakup sektor halal berupa makanan-minuman, fashion, farmasi, dan kosmetik, mencapai nilai USD359 miliar di 2022. Angka ini diperkirakan akan tumbuh di level 7,6 persen CAGR menjadi USD492 miliar pada tahun 2027.
"Ini peluang emas yang harus kita manfaatkan secara optimal, sebab Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi Islam global. Yang diperlukan selanjutnya adalah bagaimana kita terus melanjutkan berbagai upaya strategis yang tepat agar Indonesia dapat mewujudkan potensi tersebut," kata Aqil.
"Juga, meningkatkan sinergi kolaborasi baik di dalam negeri maupun secara internasional. Khususnya, sinergi dengan pelaku usaha dan asosisi pelaku usaha di dalam negeri, serta dengan berbagai jejaring di tingkat global." pungkasnya.