Rashdul Qiblat Kedua 2024 Terjadi Sore Ini, Berikut Cara Tentukan Arah Kiblat yang Tepat
Senin, 15 Juli 2024 | 15:12 WIB
Jakarta, NU Online
Umat Islam akan menyaksikan fenomena matahari melintas di atas Ka'bah. Fenomena yang dikenal dengan istilah Rashdul Qiblat ini merupakan peristiwa ketika kedudukan matahari menempati di titik zenith Ka'bah.
Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Muhammad Ma'rufin Sudibyo menjelaskan hal ini tercantum dalam Almanak Hijriah Nahdlatul Ulama 1445-1446 H/2024 M yang diterbitkan LF PBNU.
"Rashdul Qiblat merupakan posisi yang diraih matahari dalam siklus gerak semu tahunannya yang merupakan perwujudan kombinasi perputaran bumi mengelilingi matahari dan miringnya sumbu rotasi bumi," kata Ma'rufin kepada NU Online, Senin (15/7/2024).
Ma'rufin menjelaskan, Rashdul Qiblat tahun 2024 terjadi dua kali yakni pada 27-28 Mei 2024 dan 15-16 Juli 2024. Rashdul Qiblat yang kedua ini berlangsung tepat pada pukul 12:26:38 waktu Saudi Arabia atau bertepatan dengan pukul 16:26 WIB dan 17:26 WITA di Indonesia.
"Rashdul Qiblat akan terjadi pada Senin Pon 8 Muharram 1446 H/15 Juli 2024 M pada pukul 12:26:38 waktu Saudi Arabia atau bertepatan dengan pukul 16:26 WIB dan 17:26 WITA di Indonesia," paparnya.
Meski demikian, apabila berpedoman pada pendapat Imam Syafi'i tentang kiblat, maka terdapat stratifikasi kiblat mulai dari lingkup Masjidil Haram (diperuntukkan khusus bagi penduduk kota Makkah) hingga tanah haram Makkah (diperuntukkan untuk Muslim di seluruh dunia kecuali yang bertempat tinggal di kota Makkah).
"Dan apabila diperhitungkan pula bahwa Matahari bukanlah benda langit yang tampak berbentuk titik laksana bintang-bintang pada umumnya, melainkan merupakan bola bercahaya berdiameter 0,5 derajat," bebernya.
Dengan mengombinasikan keduanya, maka Rashdul Qiblat kedua pada 2024 M sesungguhnya terjadi pada Ahad Pahing hingga Selasa Wage, 7-9 Muharram 1446 H/14-16 Juli 2024 M.
"Semuanya terjadi pada jam yang sama, yakni 16:26 WIB atau 17:26 WITA," ujarnya.
Ia menjelaskan, fenomena ini disebabkan oleh nilai deklinasi matahari yang nilainya sama atau selisihnya sangat kecil dengan lintang geografis Ka'bah sehingga manakala terjadi kulminasi atas di kota Makkah, maka Matahari akan berkedudukan pada titik zenith Makkah.
"Dalam kondisi Rashdul Qiblat, maka setiap benda yang terpasang tegaklurus paras air di kota Makkah akan kehilangan bayang-bayangnya. Sebaliknya bayang-bayang dari benda yang sama namun berada di luar kota Makkah dan sedang tersinari matahari akan tepat sama dengan arah kiblat setempat. Inilah sebabnya Rashdul Qiblat menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat," jabarnya.
Di Indonesia, lanjutnya, Rashdul Qiblat ini dapat dimanfaatkan oleh umat Muslim untuk memeriksa arah kiblat secara manual.
"Rashdul Qiblat dapat diamati dan dimanfaatkan untuk melaksanakan pengukuran arah kiblat yang akurat pada sebagian besar wilayah negeri ini, kecuali di provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua," ujarnya.
Sebab di tempat-tempat tersebut, matahari telah terbenam sebelum Roshdul Qiblat terjadi. Sementara pada provinsi-provinsi di pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara, kedudukan matahari sudah cukup rendah sehingga terbuka peluang matahari sudah tak terlihat (tersembunyi di balik awan-awan di ufuk barat).
Saat Rashdul Qiblat terjadi, maka cukup mencari benda yang terpasang tegak lurus paras air setempat sebagai acuan. Misalnya, sudut bangunan atau yang paling sempurna adalah beban pendulum (lot) yang digantung pada tali.
"Kita juga membutuhkan jam yang sudah terkalibrasi, misalnya jam digital dalam gawai pintar kita. Tepat pada jam terjadinya Rashdul Qiblat, maka tandai bayang-bayang benda tersebut di tanah. Bayang-bayang tersebut akan sama dengan arah kiblat setempat," pungkasnya.