Depok, NU Online
Ratusan guru Al-Quran mengikuti Pelatihan Tahfidz Al-Quran Bersanad Metode ILHAMQU (Jarimatika), Rabu (3/4). Acara yang digelar di Aula lantai 2 Gedung PCNU Kota Depok, Jl Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat ini diinisiasi pengurus Jam’iyyatul Qurro' Wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQH NU) Kota Depok.
Ketua JQH NU Kota Depok Imam Nafi' Junaidi di sela acara mengatakan, para guru Al-Quran tersebut mengajar Tahfidz (menghafal-red) di sejumlah TK, TPQ, Madrasah, dan Pesantren se-Jabodetabek. Menurut dia, dari kegiatan tersebut diharapkan para peserta mengenal metode tahfidz di NU yang bersanad atau memiliki legalitas yang tersambung hingga Rasulullah SAW.
“Tentunya, agar mereka tak salah memiliki guru yang tidak bersanad. Karena, dikhawatirkan banyak anak didik yang memiliki semangat tinggi dalam menghafal Al-Quran, tetapi sanad tahfidznya terputus. Jika demikian, akan kering dari pemahaman agama,” ujar Imam Nafi'.
Dengan metode tahfidz bersanad, lanjut dia, diharapkan mendapat berkah dan petunjuk. “Jangan sampai muncul generasi seperti Abdurrahman bin Muljam, penghafal Al-Quran 30 juz, gemar puasa di siang hari dan tahajud di malam hari, tetapi memiliki pemahaman yang salah sekaligus menyimpang,” tandasnya.
Pria asal Pati ini menambahkan, dalam kesempatan tersebut yang didaulat sebagai narasumber adalah Wakil Rais Majelis llmi PP JQH NU KH Luqman Hakim. Untuk total peserta, setidaknya 211 guru tahfidz terdaftar sebagai peserta pelatihan.
Senada dengan Nafi', Rais Majelis Ilmi JQH NU Kota Depok KH Jazim Hamidi mengaku sangat bersyukur atas antusiasme peserta. “Tertulis di daftar presensi peserta ada 211 nama. Setelah dicek lagi ternyata ada 250 orang termasuk yang datang belakangan. Ini tentu menggembirakan sekaligus di luar dugaan,” ujar Kiai Jazim.
Di tempat yang sama, Ketua PCNU Kota Depok Achmad Solechan berharap agar para pencinta, penghafal, dan pengajar Al-Qur'an berguru kepada kiai yang bersambung sanadnya hingga Rasulullah sebagai penerima wahyu Al-Quran. “Dengan demikian, kita akan dapat berkah dan petunjuk dari Al-Quran,” ujarnya.
Menurut dia, di era milenial ini semua bidang ilmu dengan mudah didapat melalui kecanggihan teknologi seperti google dan media sosial. Banyak kalangan yang belajar tanpa guru. Mereka merasa cukup mengandalkan teknologi informasi. Padahal dalam mempelajari Al-Quran sekaligus menghafalkannya perlu sanad yang tersambung kepada Rasulullah.
“Mengutip pernyataan Imam Abdulah bin Mubarok. Sanad itu dari agama. Seandainya tanpa sanad maka orang berkata sesukanya. Sama halnya dengan tahfidz, juga diperlukan sanad,” terang Alek, sapaan akrabnya.
Menurut dia, para guru tahfidz cukup antusias saat mengikuti materi pelatihan. Pasalnya, tidak hanya teori yang mereka terima. Namun, peserta juga langsung mempraktikkannya menggunakan jari. “Nanti ada pelatihan edisi kedua. Insya Allah di kediaman Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri,” pungkas Alek. (Aan Humaidi/Musthofa Asrori)