Nasional

Rekomendasi Anak Muda NU untuk Muktamar

Senin, 25 Mei 2015 | 04:00 WIB

Sleman, NU Online
Sekitar 80 aktivis muda NU yang mengadakan Musyawarah Kubro Anak Muda NU 2015 di Masjid Pathok Negara, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY, menyampaikan rekomendasi untuk dibahas dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang, Agustus mendatang.
<>
Usulan yang mengalami perdebatan dalam beberapa pertemuan sebelumnya dan ditetapkan dalam Musyawarah Kubro pada Sabtu (23/2) adalah sebagai berikut;

Pertama, mengusulkan agar NU menata organisasi secara berdikari dari tingkat paling bawah hingga tertinggi. Dalam penataan itu, perlu menghidupkan lagi sistem i’anah (iuran) yang dikelola oleh sebuah Baitul Mal yang profesional.

Kedua, NU perlu memiliki sistem pengaderan yang bagus di semua tingkatan untuk penanaman ideologi Aswaja. Pengaderan ini harus dilakukan secara berjenjang dan terstandar, baik oleh badan otonom, lembaga atau lajnah, maupun struktur NU sendiri.

Ketiga,NU perlu merawat serius pondok pesantren sebagai basis kader dan sumber pembibitan ulama. Termasuk melakukan advokasi terhadap pesantren kecil, dan melakukan affirmative action mendorong santri ber-tafaqquh fid-din.

Diusulkan pula pembentukan organisasi santri secara nasional. Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) sebagai wadah perhimpunan pesantren NU, sudah cukup melakukan pembinaan pesantren, namun santrinya sendiri belum diorganisir dalam wadah khusus. Alternatif untuk gagasan ini adalah dengan membentuk komisariat IPNU di setiap pesantren.

Keempat, Fatayat NU dan Muslimat NU yang telah mengelola pendidikan anak usia dini, perlu diperkuat kapasitasnya dan dibina secara baik, lalu disinergikan dengan LP Maarif bertanggungjawab mengurus SDM NU di tingkat SLTP dan SLTA. Sinergi ini dilanjutkan dengan IPNU/IPPNU, dengan lembaga perguruan tinggu NU dan PMII maupun lainnya. .

Kelima, Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) perlu diberdayakan dan diperkuat untuk menjaga warisan budaya para wali dan dipopulerkan ke kaum muda sesuai konteks zaman.

Keenam,  NU harus selalu hadir di setiap problematika umat, dan harus dominan perannya, dan terkekspos di media. Agar tidak ada lagi pertanyaan: “NU ada di mana ketika umat punya masalah?”.

Musyawarah Kubro tersebut dihadiri para anak muda dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas adalah aktivis atau pengurus NU yang pernah kuliah atau mondok di Yogyakarta.

Dari PBNU hadir salah satu ketua tanfidziyah, M Imam Aziz dan putri alm Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawwaroh Wahid. (Ichwan/Mahbib)


Terkait