Jakarta, NU Online
Banyak dijumpai di masyarakat para santri yang telah selesai mengenyam pendidikan agama di pesantren masih enggan untuk terjun membantu pembangunan nasional sebagai pengamalan ilmunya. Salah satu sebabnya adalah para santri luput untuk melatih life skill (keahlian hidup) yang ada dalam diri mereka selama berada di pesantren.
Padahal, jika melihat pada tuntutan perubahan zaman, di era milenial ini, santri tidak lagi dipandang hanya sebagai orang yang pandai dalam ilmu keislaman dan berakhlak mulia. Lebih dari itu, dalam bidang ekonomi santri dipercaya mampu berdaya saing secara global. Terbukti dengan lahirnya tokoh-tokoh berprestasi di tingkat nasional maupun internasional yang sebelumnya berlatarbelakang sebagai santri. Sudah seharusnya santri mengolah life skill mereka agar mampu tampil ke permukaan memberikan perubahan dan berkontribusi bagi pembangunan nasional.
Hal tersebut melatarbelakangi NU Care-LAZISNU memprogramkan Santri Terampil (Santer) di bulan Ramadhan ini. "Santri Terampil bertujuan memberikan pelatihan-pelatihan seputar life skill kewirausahaan berdasarkan minat, bakat, dan peluang sumber daya dan market yang dapat dimanfaatkan," kata Sekretaris NU Care-LAZISNU, Abdur Rouf.
Bahkan, pada program ini, lanjut Rouf, para santri yang telah menemukan passion life skill atau kewirausahaannya akan mendapatkan bantuan permodalan. Modal kewirausahaan diberikan agar santri terampil semakin kuat dalam wirausahanya dan mengembangkan sampai ke level yang lebih besar.
"Bidang keterampilan yang dapat diberikan antara lain seperti pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, fashion, handmade, dan lainnya," imbuh Rouf.
Pelatihan dan permodalan tersebut akan memberikan kesempatan kepada setiap santri untuk meningkatkan potensinya serta memberikan peluang eksplorasi bakat dan minat mereka yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupannya kelak. Lebih dari itu, tujuan besar program Santer adalah terwujudnya santri-santri untuk berdikari, mandiri, berdaya saing, mampu menciptakan peluang-peluang baru di bidang ekonomi dan produktivitas.
Menargetkan terwujudnya 1000 Santri Terampil, program juga sesuai dengan kriteria atau tujuan SDGs, mencakup Tujuan 1 (Tanpa kemiskinan), Tujuan 2 (Tanpa kelaparan), Tujuan 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), dan Tujuan 9 (Industri, inovasi dan infrastruktur).
Adapun sasaran program atau kriteria santri yang dapat dipilih dalam program ini mencakup santri kurang mampu, aktivis Nahdliyin, berusia antara 19 hingga 30 tahun, memiliki minat dan bakat pada bidang keterampilan khusus, dan berkomitmen untuk berwirausaha.
Santri yang terpilih dapat mengikuti jenis kegiatan berup pelatihan keterampilan dan kewirausahaan; atau pemberian modal kewirausahaan. "Bentuk bantuan berupa pelatihan keterampilan khusus dan kewirausahaan, dan permodalan usaha mikro," terang Rouf. (Kendi Setiawan)