Sejumlah ulama Iran yang tergabung dalam Lembaga Global untuk Pemulihan Hubungan antara Mazhab-Mazhab Islam (al-Majma’ al-‘Alami li al-Taqrib bayna al-Mazahib al-Islamiyah) mengunjungi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (26/7/2023). (Foto: NU Online)
Jakarta, NU Online
Sejumlah ulama Iran yang tergabung dalam Lembaga Global untuk Pemulihan Hubungan antara Mazhab-Mazhab Islam (al-Majma’ al-‘Alami li al-Taqrib bayna al-Mazahib al-Islamiyah) mengunjungi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Hadir menemui mereka jajaran Syuriyah PBNU, yakni Rais Syuriyah PBNU KH Cholil Nafis, Katib Aam Syuriyah PBNU KH Akhmad Said Asrori, Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, Habib Luthfi bin Ahmad al-Attas, dan KH Nurul Yaqin Ishaq, serta Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Sidratun Naim.
Baca Juga
Keadilan bagi Bangsa Iran
Kiai Cholil Nafis menyampaikan bahwa NU merupakan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Jumlah anggotanya lebih dari 100 juta yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan sejumlah negara di dunia.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa NU memiliki puluhan ribu pesantren yang terafiliasi yang mendidik jutaan santri dan pelajar mengenai pendidikan Islam.
Sementara itu, Kiai Moqsith mengaku pernah berkunjung ke Iran dua kali, yakni ke Masyath, berziarah ke makam Imam Ghazali dan Imam Ali Ridha, dan ke ibukota Teheran. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa NU mengambil mazhab Imam Ghazali dalam bertasawuf sehingga membuatnya berziarah ke sana. Sementara di Teheran, kunjungannya dalam rangka menghadiri sebuah pertemuan Pendekatan antara Mazhab-Mazhab Islam.
Baca Juga
Bung Karno Insipirasi Revolusi Iran
Dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga menyampaikan bahwa NU merupakan organisasi sosial keagamaan, bukan organisasi politik partai. “Kami merasa terhormat dengan kehadiran Anda sekalian di Nahdlatul Ulama, organisasi keagamaan kemasyarakatan, bukan organisasi politik partai,” katanya.
Ia juga menyebut bahwa Indonesia merupakan negara persatuan dengan bentuk republik, bukan negara agama. “Kami juga terhormat dengan kehadiran Anda sekalian di negara ini, Republik Indonesia,” katanya.
Meskipun demikian, lanjutnya, Indonesia mendasarkan negaranya dalam lima pondasi, di antaranya ketuhanan, keadilan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Mendengar pemaparan tersebut, ulama Iran mengaku memahami Pancasila, bahkan pernah mempresentasikannya dalam forum ilmiah.
Dalam kesempatan tersebut, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori menyampaikan permohonan maaf Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar yang tidak bisa hadir dalam pertemuan tersebut mengingat baru saja tiba dari perjalanan ibadah haji kemarin. Pun, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf juga tidak dapat menemui mengingat ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.
Ia juga menenyampaikan terima kasih atas kehadiran para ulama Iran tersebut di Gedung PBNU.