Nasional

Sekjen MUI Sepakat NU Upayakan Kemandirian Ekonomi Umat

Jumat, 31 Januari 2020 | 00:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pada usianya yang ke-94 tahun, Nahdlatul Ulama terus didorong agar dapat terlibat penuh mengejar ketertinggalan ekonomi umat berbasis masyarakat di kalangan menengah ke bawah. Ekonomi dinilai penting digerakan oleh organisasi kemasyarakat seperti NU mengingat jamaahnya yang sangat mumpuni dan jumlahnya yang tidak terbatas.
 
Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2015-2020, H Anwar Abbas, mengatakan NU akan menjadi mitra pertama yang digandeng MUI pada pelaksanaan pengentasan kemiskinan melalui program ekonomi keumatan. 
 
Menuutnya, yang paling utama berbagai cara harus dilakukan MUI dan NU supaya misi meningkatkan derajat masyarakat Indonesia melalui pemberdayaan ekonomi ini berjalan dengan optimal.  
 
Ia mengajak masyarakat  warga NU tidak ragu menjadi seorang wirausaha meski kecil-kecilan. Langkah itu sebagai pintu gerbang agar keluar dari garis kemiskinan. 
 
Baca:
 
"Untuk mencapai tujuan itu kita mengharapkan dari saudara kita, tidak usah takut  karena starategi yang ingin kita bangun dan kembangkan bukan mengecilkan yang besar dan membesarkan yang kecil. Ke depan ada kemitraan antara yang besar dan yang kecil," ungkap H Anwar Abbas ditemui di kantornya, Kamis (30/1) sore. 
 
Persoalan di negeri ini, sambungnya, tidak dapat diselesaikan oleh hanya pihak-pihak tertentu saja. Masalah yang ada di Indonesia hanya dapat diselesaikan secara bersama-sama salah satunya oleh masyarakat Nahdaltul Ulama. 
 
"Harus kita urus bersama dan selesaikan bersama. Harus ada rasa kebersamaan dan kerjasama yang baik diantara kita sebagai warga bangsa," tuturnya. 
 
Untuk diketahui, pada Jumat (31/1) hari ini merupakan Hari Lahir (Harlah) organisasi NU. NU adalah sebuah organisasi Islam terbesar di dunia. NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. 
 
Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah. Selain itu, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah.
 
Hal ini didasarkan berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya.
 
 
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan