Nasional

Sembilan Tahap Perubahan Nafsu Manusia

Rabu, 5 Desember 2018 | 07:27 WIB

Jakarta, NU Online
Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim menjelaskan sembilan transformasi atau perubahan nafsu pada diri manusia. Urutan tahap perubahan nafsu dimulai dari ‘Ammarah, Lawwamah, Mulhamah, Muthma’innah, Radhiyah, Mardhiyyah, ‘Arifah, Kamilah, Kehambaan dan Ketuhanan.

Berikut tahap perubahan nafsu manusia yang dikutip NU Online, Rabu (5/12) lewat twitter Kiai Luqman:

Pertama, ‘Ammarah: Nafsu akan cenderung buruk, kecuali jika dirahmati oleh Tuhan, Ammarah nafsu instruktif pada keburukan. Ammaroh mengalami transformasi menuju kesadaran akan kesalahannya, dan itu disebut Lawwamah (yang menyesal keburukan), manakala dilimpahi Rahmat-Nya.

Kedua, Lawwamah: Menyesali perbuatan dosa itu awal taubat. Tetapi bila tidak meraih RahmatNya di posisi ini, nafsu hanya romantis, puas dengan penyesalan belaka, tidak bangkit ibadah. Karena itu harus dibersihkan melalui Rahmat-Nya, agar menuju Mulhamah (yang diilhami).

Ketiga, Mulhamah: Aktivasi RahmatNya membuat nafsu mulai bersih, mampu membedakan haq dan bathil, matahati (bashirah) mulai terbuka, mulailah proses Musyahadah (menyaksikan Allah dg matahati). Lalu ia terkendali dan tenang (Muthaminnah).

Keempat, Muthma'innah: Ketentraman dan ketenangan nafsu, karena Rahmat-Nya dan tazkiyah kita ketika di stadium Mulhamah. Ketentraman jiwa, bukanlah akhir perjalanan diri. Ia harus tranformatif "kembali kepada Allah dalam segala hal". Jangan terjebak dengan rasa tenteram.

Kelima, Radhiyah: Rahmat-Nya yang menggerakkan tazkiyah atas Muthaminnah kita, membangkitkan semangat mencari RidhoNya (Rodhiyah). Tetapi anda sulit menuju RidhoNya jika tidak ruju' (kembali dan menuju) pada Allah.

Keenam, Mardhiyyah: Rahmat-Nya terus membersihkan dirimu, agar tidak puas dg gerakan diri mencari RidhoNya. Hingga anda merasakan posisi dalam Ridho-Nya (Mardhiyyah). Di sana nafsu menjadi ikon Ridho-Nya. Bahwa anda meraih Ridho itu akibat Ridho-Nya yang mendahului Ridhomu.

Ketujuh, 'Arifah: Nafsu berhasrat untuk Ma'rifatullah, setelah proses tazkiyah diwilayah Rodhiyah. Di wilayah kema'rifatan godaan luar biasa. Jebakannya semakin rumit. Sejenak anda terpesona indahnya ma'rifat, anda sudah terlempar dari sana. Maka harus ada Rahmat-Nya.

Kedelapan, Kamilah: Pasca Ma'rifat adalah keparipurnaan. Kema'rifatan harus terus ditazkiyah melalui Rahmat-Nya, agar meraih transformasi menuju Kamilah. Jngan bangga dengan kema'rifatanmu, jangan tercengang, karena nafsu harus turun ke alam semesta meraih kesempurnaan.

Kesembilan, Kehambaan dan Ketuhanan: Keparipurnaan (Kamilah) pun harus transformatif, untuk mewujudkan diri sebagai hamba Allah yang benar, dan menegakkan Hak-hak Ketuhanan-Nya. Semua akan anda raih melalui Rahmat-Nya. Bukan hasrat dan ambisimu. Dengan cara-Nya, bukan caramu.

Selebihnya, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor itu, transformasi tersebut harus amalkan, wujudkan, dan terus belajar. Jangan sampai terjebak tipudaya nafsu yang selalu mencari kepuasaan dan kepetualangan.

“Jujurlah anda hari ini sedang gersang, kering kerontang, carilah oase ruhani di dunia Sufi. Bersama-Nya menuju kepada-Nya,” tandas penulis buku Jalan Ma’rifat ini. (Fathoni)


Terkait