Jakarta, NU Online
Budayawan Ngatawi al-Zastrouw menjelaskan, terdapat seni berhemat untuk mengendalikan nafsu dan keinginan dalam berpuasa agar terlatih hidup minimalis. Karena puasa tidak cukup hanya dengan mengandalkan menahan dahaga dan lapar dari terbit fajar hingga terbenam matahari saja.
"Kalau namanya berlatih ya dari sehabis maghrib mengikuti anjuran Rasulullah. Makan sebelum lapar berhenti sebelum kenyang. Sehingga nanti perut itu terjaga dan kesehatan juga terjaga," kata Zastrouw dalam acara Komunitas Musik Mengaji (Komuji), Jumat lalu.
Zastrouw juga mengatakan, Rasulullah sebagai Nabi sudah mencontohkan ketika berbuka puasa beliau cukup dengan memakan Kurma sebanyak tiga butir serta menghindari hal-hal yang bersifat berlebihan yang mengakibatkan terhalang untuk melakukan ritual peribadatan lain.
"Puasa itu kan pembelajaran yang spesifik. Tuhan selama satu tahun memberikan satu bulan khusus di mana bulan itu bulan yang bagus, memberikan kesempatan kita untuk memperbanyak amal," katanya.
Ia pun mengingatkan bahwa tidak berlebihan itu bukan berarti pelit, karena hemat dan pelit itu merupakan dua hal yang kontradiktif.
Lebih lanjut, Zastrouw menyimpulkan bahwa Islam tidak melarang umatnya untuk berbahagia, karena Allah memberkahi setiap makhluknya dengan kebahagiaan. Oleh sebab itu, Zastrouw mengimbau untuk bersikap sewajar dan sesederhana mungkin dalam menjemput kebahagiaan.
"Hari raya bukan semata-mata tempat untuk berpesta pora tapi hari raya adalah untuk tempat berbagi suka cita dengan sesama. Maka kita ingatkan, berbaju baru boleh, tapi beriman dan bersemangat baru tentu akan lebih baik," ucap Zastrouw.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad