Nasional

Soal PMII, Kita Tunggu Keputusan Tim Kaderisasi PBNU

Rabu, 11 Februari 2015 | 20:00 WIB

Jika kita bicara Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pasti kita juga bicara NU tak bisa dipungkiri lagi. Karena keduanya sama-sama memiliki komitmen untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Aswaja. <>

PMII melepaskan diri dan menyatakan independen dengan Deklarasi Murnajati adalah karena pada waktu itu NU bukanlah organisasi sosial keagamaan namun organisasi politik. Sedangkan sejak tahun 1984 NU sudah memutuskan untuk kembali ke khittah 1926 dan menjadi organisasi sosial keagamaan lagi sehingga alasan PMII keluar dari Banom NU karena NU adalah organisasi politik sudah tidak bisa berlaku lagi.

Sikap independensi juga bukan berarti PMII keluar dari faham Ahlussunah Waljama’ah (Aswaja). Keterpisahan antara PMII dan NU hanya nampak pada organisatoris formal saja. Pada dasarnya kader PMII juga merupakan kader muda NU. Sebab kenyataanya, keterpautan moral, kesamaan background, pada keduanya sulit untuk direnggangkan.

Saat ini, banyak sekali organisasi baru muncul dengan berbagai slogan dan ideologinya. Tak jarang juga pergerakan organisasi itu mengancam keutuhan NKRI. Mungkin inilah yang dikhawatirkan NU yang akan menghalau berbagai ancaman yang menerpa keutuhan NKRI. Maka dari itu NU mengharapkan PMII kembali kepangkuan NU untuk bekerja sama demi tetap memperjuangkan bangsa.

Di era reformasi ini kebebasan sudah bisa dirasakan oleh semua elemen masyarakat Indonesia. Saat ini bersikap demokratis transformatif adalah pilihan yang benar, memperbaiki sistem dari dalam adalah cara yang harus diambil PMII untuk mendorong agenda kesejahteraan. Oleh karena itu akan lebih mudah bagi PMII jika kembali ke dalam naungan NU lagi.

Jika PMII tidak kembali ke pangkuan NU banyak mahasiswa yang akan mengikuti organisasi kemahasiswaan yang lain yang tidak sama dengan ideologi atau faham Aswaja, seperti kebanyakan teman saya yang kuliah di UIN Syarif Hidayatullah terutama di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) berorganisai bukang dengan PMII. Mereka beralaskan PMII kan bukan di bawah naungan NU lagi, jadi gak masalah dong ikut organisasi kemahasiswaan lain, sambil iseng-iseng aja mencari sensasi baru, yang penting kan gak keluar dari Aswaja.

Mungkin inilah yang ditakutkan oleh PBNU jika masisawa ikut organisasi yang tidak sepemahaman dengan NU nanti mereka lama kelamaan akan hanyut tak mungkin akan bertahan yang akan merusak NU dari dalam.

Kalau saya sih sepakat dengan PBNU bahwa PMII harus kembali ke pangkuan NU, meskipun banyak sahabat-sahabat pergerakan di PMII cabang Ciputat tidak menghendakinya. Misalnya, mereka berpendapat Kalau PMII ke NU kita gak bisa merekrut orang-orang non-NU lagi, seperti halnya di kampus-kampus Umum, seperti UI, UNJ, dan lainnya. Karena kalau orang bicara PMII yah pasti NU.

Kita serahkan saja ke tim pengkaderan PBNU dan sahabat-sahabat PB-PMII. Kita percaya keputusan yang diambil adalah yang terbaik.

Waki Ats Tsaqofi, Pengurus PMII Komisariat Adab dan Humaniora UIN Jakarta

 


Terkait