Nasional

Suluk Tajug, Candra Malik, Sosiawan Leak Meriahkan Porseni NU 2023

Jumat, 20 Januari 2023 | 19:45 WIB

Suluk Tajug, Candra Malik, Sosiawan Leak Meriahkan Porseni NU 2023

Suasana 'Musik Empat Negeri' memeriahkan Porseni NU di Halaman Pura Mangkunegaran Surakarta, Kamis (19/1/2023) malam. (Foto: Media Porseni NU)

Surakarta, NU Online

Acara sampingan atau side event merupakan salah satu rangkaian Pekan Olahraga dan Seni Nahdlatul Ulama (Porseni NU) yang dilaksanakan di Surakarta, Jawa Tengah. Acara-acara side event itu sendiri dilaksanakan di Halaman Pura Mangkunegaran dari Senin-Sabtu, 16-21 Januari 2023.


Pada Kamis (19/1/2023) malam, side event Porseni NU 2023 dimeriahkan dengan 'Musik Empat Negeri' oleh grup musik Sulug Tajug Menara Kudus. Suluk Tajug Menara merupakan grup musik asal Kota Kretek yang didirikan oleh Yayasan Menara dan Makam Sunan Kudus. 

 

Sulug Tajug Menara Kudus tampil membawakan shalawat dan lagu. Uniknya mereka mengkolaborasikan berbagai macam alat musik, seperti gamelan, hadrah, pop. Mereka juga mengaransemen shalawat dengan musik perpaduan antara Jawa, China, dan Arab.

 

Hadir dalam kegiatan tersebut Budayawan Candra Malik, Sosiawan Budi Sulistyo yang lebih dikenal dengan Sosiawan Leak dari Surakarta, Akademisi dan Budayawan Abdul Jalil.

 

Salah satu shalawat yang dibawakan oleh Tajug Menara Kudus adalah Shalawat Indonesia Aman yang merupakan karya dari cucu ke-14 Sunan Kudus, yaitu Raden KH Asnawi Kudus. Shalawat ini diciptakan untuk menyambut kemerdekaan Indonesia.


"Setidaknya ada dua kata kunci dalam Shalawat Indonesia Aman ini, yang pertama Sirril Ula bahwa kemerdekaan itu adalah rahasia sebuah kebahagiaan, rahasia sebuah kehormatan. Lalu ujung shalawat ini, bisa dicek satu-satunya shalawat karya ulama Indonesia yang mencantumkan kata Indonesia di dalamnya," ujar Abdul Jalil.


Sementara itu Budayawan Candra Malik mengatakan bahwa kaitannya dengan Shalawat Indonesia Aman dengan kemerdekaan Indonesia adalah menunjukkan peran dan jasa besar ulama Ahlussunnah wal Jama'ah Annhdliyah.


"Ini sekali lagi membuktikan bahwa kita benar-benar tidak bisa mengabaikan peran dan jasa besar ulama, dalam hal ini tentu saja dari Ahlussunnah wal Jama'ah Annahdliyah. Bahwa beliau-beliau ini bukan hanya menjaga Nahdlatul Ulama, tetapi juga PBNU: Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945," ujarnya.

 

Dalam kesempatan tersebut Sosiawan Leak membacakan puisi yang berjudul Orang-Orang Bersarung. Puisi tersebut menceritakan perjuangan Nahdlatul Ulama dari sejak didirikan hingga dengan saat ini. Berikut adalah teks lengkap puisi Orang-Orang Bersarung


orang-orang sarungan
orang-orang sarungan berkhidmat kepada bintang sembilan
bintang Kanjeng Rasul panutan nur inti tawasul
bintang Khulafaur Rasyidin sebening kebenaran adil
bintang Aswaja bercahaya bermazhab dalam beragama


orang-orang sarungan memegang jalinan tambang Asmaul Husna
di kedua ujungnya merajut persaudaraan sesama
demi Hablum Minallah dan Hablum Minannas
terjaga orang-orang sarungan bangkit dari Nusantara
Bergerak berdaya demi membangun peradaban dunia


orang-orang sarungan
dulu seabad silam dari Pulau Madura
santri As'ad mengemban amanah sang Syaikhona
membawa tasbih dan tongkat sebagai penanda bagi Hadratussyaikh
menyerukan saatnya bangkit kaum ulama
kemudian dari Bangkalan bertandang
dari Pasuruan membilang
juga Malang serta Jombang
Kudus, Lasem, Cirebon, serta Semarang


orang-orang berdatangan bermunajat di Surabaya
bermufakat melayarkan Komite Hijaz
menantang gelombang ganas
menelusuri teluk, selat, dan samudera
hingga tiba di tanah suci yang tengah dikepung badai gurun Wahabi


orang-orang sarungan menggelar hujjah di padang pasir yang resah
mengurai tafsir syirik dan bidah
agar tak merusak jejak sejarah di masa silam
tak membutakan pandangan ke masa depan


orang-orang sarungan mengelar
dulu ketika Kolonial kian banal
penjajahan membabu brutal
Pertiwi luka ngaga menebal
orang-orang sarungan merawatnya
bersama saudara sebangsa
bersama sanak kerabat secita-cita

orang-orang sarungan menggelar hasrat merdeka
membangkitkan Laskar Hizbullah
membangunkan barisan Sabilillah
berbekal doa dan wirid kaum ulama
berupa hizib, zikir, shalawat, serta asma
memahat semangat merah di dada
memilih niat putih di jiwa
mengibarkan panji-panji kebebasan
mengobarkan pataka-pataka kemanusiaan
sekalian bangun cinta tanah air dan bangsa
sebagai rumah ibadah selamanya


KH Hasyim Asy’ari anti-seikerei
menolak menundukan badan ke matahari setiap pagi
menentang puja puji kaisar sang penjarah negeri
apalagi mempercayainya sebagai titisan amaterasu
sebab rukuk cuman untuk ilahi
biar raga disiksa
jiwa dianiaya
jemari tangan diremuk persendiannya
dijebloskan ke dalam penjara
di Jombang, Mojokerto, dan Bubutan
demi mempertahankan keyakinan


orang-orang sarungan
tetap Melawan
dari Tasikmalaya
Kiai Zainal Mustafa menggugat
seikerei merusak tauhid
mengacaukan kiblat
lantas ia menyusun siasat menculik aparat
demi membebaskan pejuang yang disekap
menyuruh santri belajar silat ngaji thoriqoh
mengumpulkan senjata tajam untuk bersiap-siap
ketika penguasa mengirimkan utusan diancam sekalian
dilepaskan setelah dilucuti senjatanya
tiga opsir Jepang binasa
sebab hendak menangkap paksa
satu dilepaskan lapor kepada komandan
Kiai menuntut merdeka


maka terjadilah perang di Singaparna
perang pecah di Singaparna
seratus pejuang gugur di medan laga
disiksa atau dibantai di penjara
sepuluh lainnya kehilangan ingatan dan penglihatan
900 warga lainnya ditangkap semena-mena bersama 22 santri
Kiai ditangkap di bawa ke Jakarta untuk diadili
tetapi jejaknya tak terlacak hingga hari ini
hingga kini tak terlajak jejaknya
orang-orang sarungan tetap melakukan perlawanan
penguasa Bone Andi Mappanyukki menggalang raja-raja untuk bergabung ke NKRI
hingga tahtanya dirampas oleh Belanda
dibuang ke Rantepao sekeluarga


Kiai Samun Bupati Serang bergerilya ke gunung karang
Komandan Brigade 1 Tirtayasa menentang agresi militer Belanda
gugur sebagai Brigjen Anumerta
Raja Luwu Andi menggalang perlawanan ke Ternate diasingkan


orang-orang sarungan
orang Orang Sarungan
dari Barus Bangsawan Arifin Pohan memimpin Laskar Hizbullah di Jawa Timur dan Jawa Tengah
Kiai Masykur memimpin barisan kiai
Kiai As’ad memimpin laskar santri
orang-orang sarungan terus mengabdi tak pernah henti
orang-orang sarungan terus mengabdi tank pernah henti
walau Orde Lama memungkiri
Orde Baru mengebiri
Orde Reformasi mencundangi
orang-orang sarungan terus mendekap kesetiaan
orang-orang sarungan terus mendekap kesetiaan
walau di dalam kehidupan
walau di dalam kehidupan
kadang jadi rujukan kadang jadi cadangan
di parlemen kadang jadi suplemen kadang juga komplemen
di kabinet digelar indah sebagai karpet kadang difungsikan sebagai serbet


orang-orang sarungan
orang-orang sarungan
terus mengabdi tanpa henti
di Cipasung kiainya dipasung
di istana presidennya dilengser paksa
orang-orang sarungan terus mendekap kesetiaan
orang-orang sarungan terus mengabdi tiada henti


para santri mengaji toleransi
mendaras moderasi
orang-orang sarungan
mengaji toleransi
mendaras moderasi
menjaga rumah ibadah aneka agama
bahkan rela merdeka sebagai tumbal teroris radikal


orang-orang sarungan berkhidmat kepada bintang sembilan
berpegang kepada Asmaul Husna
bangkit dari Nusantara membangun peradaban dunia


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan