Nasional

Syekh Zuhair, Ulama Lebanon yang Jatuh Cinta pada NU

Jumat, 7 Desember 2018 | 09:39 WIB

Jakarta, NU Online

Ketua Jabhat Al-A'lam Islami Libanon Syekh Zuhair Juaid tak sungkan-sungkan mengungkapkan kekagumannya pada Nahdlatul Ulama. Sebab menurut pandangannya NU mewarisi ajaran Rasulullah SAW yang berdiri di tengah perbedaan berbagai golongan.

"Saya cinta kepada Nahdlatul Ulama karena ada satu hal yang saya lihat; cahaya warasatul Anbiya (pewaris Para Nabi) ada pada mereka, ada pada pengikut jam'iyah Nahdlatul Ulama," kata Syekh Zuhair saat menjadi pembicara pada Seminar Internasional di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (7/12).

Menurutnya, Rasulullah tidak mewariskan harta dan jabatan kepada umatnya, melainkan ilmu. Hal itu pula yang ia lihat dari NU yang disebutnya. Warga NU bisa berkumpul dalam jumlah banyak bukan karena harta, melainkan atas dasar kecintaan kepada organisasi yang didirikan pada 1926 ini.

"Kita di sini kumpul bukan karena kiai Sa'id banyak uangnya, tapi karena hati kita memang cinta kepada Nahdlatul Ulama. Maka kemudian kita datang ke sini. Kita ikut kepada Nahdlatul Ulama," ucapnya.

Ia juga mengatakan, kehadiran Rasulullah merupakan rahmat bagi semua mahluk. Cakupannya tidak hanya kepada muslim, melainkan penganut agama lain. Sifat rahmah tersebut disebutnya juga ditebarkan oleh NU.

"Semuanya, bahkan orang komunis, ateis pun masuk pada rahmatan lil alamin. Katolik, Kristen, Budha masuk kepada rahmatan lil alamin. Dan itu saya lihat ada dalam diri jamiyatul NU. Jadi benar-benar NU mewarisi apa yang telah diajarkan Rasulullah SAW," jelasnya.

Ia juga sempat mengungkapkan kekagumannya kepada NU. Pasalnya, tidak ada sebuah organisasi sosial keagamaan di dunia yang pengikutnya mencapai 91 juta seperti yang terjadi pada NU.

"Tidak ada satu jam'iyah di seluruh dunia yang pengikutnya sampe 91 juta seperti yang ada di jamiyah Nahdlatul Ulama ini,

Saya lihat itu hanya ada di Nahdlatul Ulama saja. Makanya (kita) begitu cinta dan senang kepada Nahdlatul ulama karena ada cahaya para ulama di dalam hati mereka," terangnya. (Husni Sahal/Ahmad Rozali)


Terkait