Teknologi Berkembang Pesat, Pesantren Perlu Maksimalkan Fasilitas Digital untuk Santri
Sabtu, 27 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Jakarta, NU Online
Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, Zulham Akhmad Mubarrok, mendorong pesantren untuk mengembangkan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan pesantren.
Baca Juga
Literasi Digital untuk Generasi Milenial
Menurut Zulham, pemanfaatan teknologi untuk mengakses dunia digital bagi para santri bisa dikembangkan dengan memaksimalkan fasilitas digital di setiap pesantren, menyusul perkembangan teknologi dan informasi yang pesat.
“Kalau di pesantren dilengkapi pojok digital, maka tidak akan ketinggalan informasi dan siap mengejar ketertinggalan,” ungkapnya saat mengisi acara literasi digital di Pesantren Daarul Muttaqin Malang, Sabtu (27/8/2022).
“Karena perkembangan digital tidak bisa lagi dibendung,” sambung Zulham dalam video live streaming bertema Urgensi Dakwah Digital Bagi Santri Modern yang tayang di YouTube TVNU, 7 jam yang lalu.
Melihat data pertumbuhan pengguna internet baru yang bertambah sedikitnya 20-30 juta pengguna pertahunnya, Zulham menilai bahwa pesantren harus bisa mengimbangi perubahan tersebut.
“Setiap tahun rata-rata lahir 20-30 juta user internet baru di Indonesia. Kalau pola tradisional di pesantren yang menjauhi digitalisasi masih terus diterapkan, maka kita akan semakin tertinggal,” papar Ketua Umum Milenial Utas itu.
Ancaman radikalisme
Zulham mengatakan bahwa ruang digital bersifat sangat privat. Setiap penggunanya dapat mengakses informasi secara langsung tanpa kontrol.
Hal ini merupakan tantangan masa depan, terlebih berdasarkan data yang ia bawakan, disebut bahwa kelompok usia 17 hingga 24 tahun merupakan kelompok rentan terpapar radikalisme.
Untuk menghadapi ancaman radikalisme melalui internet, Zulham mengatakan sedikitnya terdapat dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, tidak memberikan interaksi kepada konten apapun yang berbau radikalisme.
“Jangan dibuka, jangan dilihat, jangan diberi komentar. Cara melawan konten yang tidak sepakat dengan NKRI adalah abaikan saja,” tegas Zulham.
Baca Juga
Mendorong Literasi Digital Warga NU
Kedua, membuat konten pembanding. Konten pembanding ini, lanjut dia, bisa memberikan informasi atau klarifikasi yang sebenarnya, sebagai konten balasan.
“Kedua, buat konten lain yang mengklarifikasi. Lalu, akun yang memposting itu di-tag,” pungkas Zulham.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori