Terima Kunjungan Akademisi Luar Negeri, PBNU Jelaskan Jejak Historis Humanitarian Islam
Senin, 4 November 2024 | 10:00 WIB
Sejumlah akademisi luar negeri berkunjung ke PBNU, Senin (4/11/2024) sebagai rangkaian kegiatan Konferensi Humanitarian Islam yang digelar PBNU. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menerima kunjungan sejumlah sarjana dan akademisi luar negeri di kantor PBNU Jakarta pada Senin (4/11/2024).
Dalam pertemuan yang berlangsung selama sekitar 45 menit itu, Gus Yahya seperti yang disampaikan Wakil Sekjen PBNU Najib Azca menceritakan dan mendiskusikan terkait lini masa gagasan humanitarian Islam. Prinsip-prinsip humanitarian Islam, lanjut Najib, adalah konsep perubahan kemanusiaan ala Islam yang lahir sejak Gus Dur didapuk sebagai ketua umum PBNU.
"Mengenai perjalanan gagasan humanitarian Islam dan kalau mau dibilang sumbu utamanya adalah Gus Dur," jelas Najib Azca kepada NU Online usai pertemuan.
Lebih lanjut, pertemuan itu menjadi momentum perkenalan antara Gus Yahya dan para tamu undangan. Hal itu lantaran tamu undangan konferensi humanitarian Islam belum kenal secara pribadi dengan Gus Yahya. "Sebagian sudah kenal lama tapi sebagian baru (kenal)," ujar Najib.
Sementara salah satu tamu undangan, Prof Greg Barton merasa bahagia saat diundang oleh Gus Yahya. Pasalnya Greg menilai bahwa ada perkembangan signifikan untuk gagasan keislaman pada tubuh NU yang diprakarsai Gus Dur terutama dalam kepemimpinan Gus Yahya.
"Senang dan optimis. Belum lengkap tapi sudah begitu maju," ungkap profesor asal Australia itu.
Greg Baton beserta tamu lainnya cukup antusias menyambut undangan konferensi. Antusiasme para tamu undangan disebabkan adanya kemajuan-kemajuan penting dalam pemikiran Gus Dur.
Humanitarian Islam (Islam lil Insaniyah) sendiri adalah pemikiran yang bertujuan untuk menawarkan solusi bagi kehidupan masyarakat global yang bertumpu pada nilai-nilai Islam Indonesia.
Adapun para tamu undangan tersebut antara lain; Profesor Greg Barton dari Deakin University Australia, Profesor Robert W. Hefner dari Boston University AS, Profesor James B. Hoesterey dari Emory University AS, Profesor Amanta tho Seeth dari Humboldt University of Berlin Jerman, Profesor Nelly van Doorn-Harder dari Wake Forest University AS, Profesor Ismail Fajrie Alatas dari New York University, Profesor Timothy Shah dari CSCV.