Nasional

Humanitarian Islam Tawarkan Solusi Berbasis Nilai Universal yang Diajarkan Agama

Rabu, 11 September 2024 | 17:45 WIB

Humanitarian Islam Tawarkan Solusi Berbasis Nilai Universal yang Diajarkan Agama

Ketua Forum Kebangsaan Universitas Indonesia Ngatawi Al-Zastrouw dalam Seminar Nasional Road to International Conference on Humanitarian Islam, di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah, pada Rabu (11/9/2024). (Foto: tangkapan layar Youtube NU Online)

Surakarta, NU Online

Ketua Forum Kebangsaan Universitas Indonesia Ngatawi Al-Zastrouw mengatakan bahwa humanitarian Islam merupakan pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai universal dalam ajaran Islam.


"Humanitarian Islam merupakan pendekatan yang menawarkan solusi berbasis pada nilai-nilai universal yang diajarkan oleh Islam, yaitu nilai-nilai yang menekankan pada kemanusiaan, kesetaraan, keadilan dan perdamaian," ungkap Zastrouw dalam Seminar Nasional Road to International Conference on Humanitarian Islam, di Universitas Sebelas Maret (UNS), pada Rabu (11/9/2024).


Ia menjelaskan, humanitarian Islam adalah konsep yang menekankan aspek kemanusiaan dalam ajaran Islam. Prinsip-prinsip dasar seperti keadilan ('adl), kesejahteraan (al-rafahiyyah), kebaikan (mashlahah), dan kasih sayang (rahmah) menjadi landasan dalam merespons berbagai krisis yang dihadapi dunia.


Selain itu, humanitarian Islam dapat mendorong dialog serta pengertian antaragama dan budaya. Hal ini karena humanitarian memiliki akar yang kuat dalam semua agama, termasuk agama lokal yang ada di Nusantara.


"Semua agama mengandung konsep humanitarian. Spirit humanitarian ini termanifestasi dalam laku hidup masyarakat Nusantara, sehingga membentuk berbagai tradisi dan kebudayaan yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan," jelasnya.


Zastrouw mencontohkan humanitarian dalam agama Katolik yang mengakui luhurnya martabat manusia. Dalam Katolik, menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia merupakan cerminan dari iman terhadap Allah. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang mulia dan bermartabat luhur.


Begitu pula humanitarian yang sangat ditekankan dalam ajaran agama Konghucu. Dalam ajaran Konghucu, manusia dipandang sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk lainnya, sehingga harus mendapatkan kebaikan sempurna dan dijaga harkat dan martabatnya sebaik-baiknya.


Dalam Budhha juga tercermin humanitarian  dalam sila-sila yang diajarkan, yaitu menghindari mengambil nyawa orang lain, tidak mengambil sesuatu yang tidak diberikan, menjauhi perbuatan asusila dan penyalahgunaan panca indra, serta menjauhi ucapan salah.


Sementara humanitaran dalam Islam tercermin dalam konsep jihad. Bagi Islam, Jihad terbesar adalah menahan hawa nafsu. Bahkan, memberi makan orang yang kelaparan dan menyediakan obat untuk orang sakit juga masuk dalam kategori jihad.


Dalam konteks Indonesia, humanitarian Islam memang memiliki akar historis, kultural dan sosiologis yang kuat. Di lain pihak, humanitarian Islam juga menawarkan suatu landasan dan perspektif agama berbasis pada nilai-nilai universal dan melampaui (beyond) ideologi dan identitas.


Karena itu, Zastrouw menegaskan, humanitarian Islam memiliki potensi besar untuk digali dan dikembangkan sebagai alternatif menjawab berbagai krisis yang terjadi di era kekinian.