Terima Warga Wadas di PBNU, Alissa Wahid Tegaskan Akan Susun Langkah Pendampingan
Jumat, 20 Mei 2022 | 19:00 WIB
Jakarta, NU Online
Tiga orang perwakilan Warga Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah mengunjungi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Jumat (20/5/2022). Kunjungan itu diterima langsung oleh Ketua PBNU Bidang Hukum Savic Ali dan Ketua PBNU Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid.
Kepada para ketua PBNU itu, mereka menyampaikan persoalan pertambangan batu andesit di Desa Wadas sebagai bahan baku untuk proyek strategis nasional pembangunan Bendungan Bener, Purworejo. Alissa Wahid menegaskan, PBNU akan segera menyusun langkah-langkah pendampingan bagi Warga Wadas.
“Sebagian Warga Wadas ini menolak dan perwakilan yang hari ini hadir itu menyampaikan situasi yang paling terkini di sana dan memohon agar PBNU bisa membantu untuk menghadapi dan mengelola persoalan. Ini kita membicarakan perkembangannya dan menyusun langkah-langkah pendampingan ke depan,” ungkap Alissa Wahid.
Sebab, kata Alissa, sebagian warga di sana masih mempertahankan Desa Wadas dan akan terus menjaga kelestarian alamnya. Sebab pertambangan sudah barang tentu dapat menghancurkan kehidupan warga.
“Pertambangan sudah pasti akan menghancurkan kehidupan warga Desa Wadas, kaerna itu beliau-beliau menyampaikan harapan-harapannya kepada PBNU agar bisa mendampingi,” ungkap putri sulung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Pada awal Februari 2022 lalu, Alissa sudah mengunjungi Desa Wadas dan mendengar langsung keluhan dan harapan-harapan yang disampaikan oleh sebagian warga yang menolak proyek pertambangan itu.
“Katib ‘Aam PBNU KH Said Asrori juga sudah melakukan istighatsah di sana untuk mendampingi warga dan memastikan bahwa paseduluran atau persaudaraan antarwarga itu tidak semakin meruncing antar warga,” katanya.
Sementara itu, salah seorang perwakilan Warga Wadas Isnin Sutrisno menuturkan, maksud kedatangannya ke PBNU adalah mengabarkan tentang situasi terkini yang semakin terpecah-belah antara warga yang kontra dan pro terhadap pertambangan itu.
“Kami mengharapkan agar PBNU bisa bersama-sama menghentikan perpecahan di desa kami juga bisa bersama-sama menghentikan proyek pertambangan di sana. Kalau pertambangan itu tetap berlangsung kami yakin perpecahan ini makin menjadi lebih besar lagi,” kata Isnin.
Keberatan terbesar Isnin dan sebagian Warga Wadas apabila pertambangan itu tetap dilanjutkan adalah dapat menghancurkan kelestarian alam di sana. Jika alam Wadas hancur maka ruang hidup untuk anak-anak akan hilang.
“Potensi alam kami alam pertanian, tiap hari kami memetik hasil dan hidup dari sana. Apabila ruang pertanian itu tergusur maka tidak ada harapan untuk hidup. Kami menolak, supaya lingkungan hidup itu bisa utuh seperti semula,” katanya.
Isnin mengaku, sebelum ada proyek strategis nasional yang melibatkan Desa Wadas ini, hidupnya sangat tenteram. Ia bersama keluarga besarnya dapat melaksanakan ibadah dan berinteraksi sosial secara lancar.
“Tapi sekarang situasinya meresahkan, segala sesuatu yang semula aman dan enak, sekarang jadi tidak suka tidur, resah. Karena ada ketakutan, keresahan pada warga-warga kami. Harapan kami bisa pulih kembali. Hidup kami aman, beribadah juga aman,” pungkas Isnin.
Isnin datang ke PBNU ditemani oleh dua Warga Wadas lainnya yakni Marsono dan Mas H Sardi. Mereka didampingi oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Alhafiz Kurniawan