Daerah

Kunjungi Wadas, PWNU Jateng Berikan Dukungan untuk Warga

Sabtu, 19 Februari 2022 | 12:00 WIB

Kunjungi Wadas, PWNU Jateng Berikan Dukungan untuk Warga

Ia juga akan meminta warga NU di Jawa Tengah mendoakan agar warga di Wadas bisa tenang dan semuanya selamat.

Jakarta, NU Online

Akhirnya Gus Ubaid ke Wadas, menemui warga langsung dan menggelar mujahadah. Ia merupakan satu dari dua tokoh NU yang paling pagi “menentang” kekerasan yang dialamatkan kepada warga Wadas, selain Mbak Alissa Wahid, putri Gus Dur.


Postingan di twitter kedua tokoh NU itu menjadi rujukan awal generasi muda NU dalam melihat kasus: kepada siapa harus berpihak, dan siapa yang perlu dibela.


Gus Ubaid merupakan panggilan akrab Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh. Beberapa teman ada juga yang memanggilnya Mbah Ubaid. Saya tahu beliau adalah kiai yang banyak menyerap ilmu dari Pelatihan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Lakpesdam PBNU era Gus Dur.


Saya pernah menyimaknya di Majalah Aula. Syarat menjadi peserta kaderisasi itu salah satunya wajib bisa baca kitab kuning. Selain diberi pengetahuan tentang filsafat dan ilmu sosial, juga ada praktik advokasi langsung. Pelatihannya digelar seminggu setiap sebulan, selama setahun.


Semalam (17/2/2022) Gus Ubaid datang ke sekretariat kantor Ranting NU Desa Wadas, pas di depan Masjid Nurul Huda, tempat di mana beberapa waktu lalu warga berkumpul mujahadah lalu ditangkap.


Seperti biasa, ia berpenampilan sederhana: memakai peci hitam di atas rambutnya yang memutih, jaket kulit coklat, kemeja putih dan sarung batik. Setelah duduk, beberapa bentar kemudian rokok lintingan pun ia keluarkan, lalu menyulutnya.


“Kedatangan kami untuk silaturahmi dan mujahadah. Mohon maaf karena baru bisa menyambangi,” terangnya, kurang lebih, kepada tuan rumah. Ia didampingi putranya Gus Sholahuddin, Wakil Ketua PWNU Jateng Dr Mahsun, dan seorang aktivis lingkungan kawakan. 


“Apa sudah mulai normal sekarang?” tanya Gus Ubaid, membuka.


“Belum kiai, masih trauma,” jawab salah satu warga. Seorang warga lain menambahi, bahwa sejak peristiwa 8/2/2022 itu istrinya takut keluar rumah.


“Apakah perlu trauma healing?” tanya Gus Ubaid.


“Sepertinya begitu,” jawabnya.


Tapi ketika ditanya, kira-kira trauma healingnya seperti apa? Ia menjawab, “Warga, terutama ibu-ibu, takut melihat ‘mobil patroli’ yang masih lalu lalang lewat Desa Wadas. Itu yang kami rasakan,” katanya.


“Itu, kamu tulis di media,” perintah Gus Ubaid, sambil menunjuk saya. Saya pun menyanggupinya.


Lalu secara mengalir dan bergantian, beberapa tokoh warga bicara. Pemimpin tertinggi di NU Jawa Tengah itu pun menyimak dengan seksama, kesaksian dan aduan demi aduan. Juga harapan. 


“Mas, berapa Banser yang berjaga?” tanya Gus Ubaid, kepada komandan Banser.


“Dua orang, kiai,” jawabnya.


“Dua orang???” timpal Gus Ubaid, kaget, seakan tak percaya.


“Itu yang dari cabang, yang lainnya dari daerah sekitar sini ada,” balasnya.


“Jangan cuma dua orang. Tambahi. Minimal 10. Tolong temani warga. Kalau ada apa-apa, segera kontak saya,” imbuhnya, mantap.


“Siap, kiai,” jawab komandan.


Sebagaimana kita tahu, kasus tambang Wadas ini banyak bermasalah dari berbagai sisi. Namun di beberapa media, banyak yang justru memojokkan Warga. Mulai dari pernyataan Mahfud MD yang mengatakan tidak ada kekerasan. Padahal ada begitu banyak bukti di lapangan, bahkan semua yang menjadi korban kini sudah divisum.


Banyak narasi warga menolak Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener, padahal hampir semua setuju. Yang ada, warga Wadas menolak penambangan batu andesit (querry) dari desanya, yang sudah di luar tapak Bendungan Bener.


Ditambah Amdal dan Izin Penetapan Lokasi (IPL)nya pun bermasalah.  Pelanggaran dan Manipulasi Proyek Tambang di Wadas (KH Imam Aziz Ungkap Pelanggaran dan Manipulasi Proyek Tambang di Wadas) itu diungkap oleh KH Imam Azis dalam beberapa liputan di NU Online.


Mujahadah: Mengetuk Pintu Langit

Lalu obrolan tetap mengalir, bergantian, sampai kemudian suara dari masjid mengundang kehadiran sang rais. Ratusan warga sudah berkumpul di masjid. Ritual mujahadah, ‘mengetuk pintu langit,’ akan segera dimulai.


Tuan rumah berterima kasih atas kehadiran Rais PWNU Jateng. Hal ini, katanya, membesarkan hati, menguatkan, dan berharap mendapat berkah atas kehadirannya di tanah Wadas. Lalu ia pun disilakan untuk memberi wejangan kepada para warga.


Gus Ubaid meminta warga Wadas untuk berikhtiar lahir dan batin dalam memperjuangkan dan melestarikan alam. Ikhtiar batin dilakukan, antara lain, dengan mujahadah, meminta pertolongan zat yang memiliki alam: Allah SWT.


Ia juga akan meminta warga NU di Jawa Tengah mendoakan agar warga di Wadas bisa tenang dan semuanya selamat.


“Jika dianggap Bapak, sebisa-bisa mungkin Bapak di wilayah, di PB, dapat mengusahakan supaya selamat semuanya dan alam ini lestari,” ungkapnya disambut “Amiin,” dari warga.


Gus Ubaid pun memastikan bahwa warga tiak berjuang sendirian. “Anda tidak sendiri, ada teman-teman banyak. Maka dari itu, jangan takut, jangan khawatir, berdoa saja kepada Allah SWT,” ungkapnya. Lalu acara dilanjutkan mujahadah bersama, dipimpin Wakil Ketua PWNU Jawa Tengah KH Mahsun.


Semoga, semua pihak yang terlibat dalam kasus ini segera berdiskusi, mencari jalan keluar. Jangan sampai atas nama pembangunan mengorbankan kemanusiaan. Juga kepada para tokoh yang belum tahu duduk perkaranya, sebaiknya tak usah gegabah memberi statement, hanya berdasar bisikan apalagi media.


Banyak hal yang ada di lapangan, berbeda dengan beberapa narasi di sebagian media. Jika Anda datang sendiri, berbicara, dan menggali informasi, akan terkaget-kaget mengetahuinya.


Kontributor: Ahmad Naufa Khoirul Faizun

Editor: Alhafiz Kurniawan