Jakarta, NU Online
Sekitar tiga tahun krisis kemanusiaan melanda Yaman, puluhan ribu orang meninggal. Tak hanya itu, kematian membayangi jutaan orang-orang akibat kelaparan dan wabah kolera yang menyebar liar.
Penduduk di negara tersebut meninggal secara perlahan disebabkan malapetaka yang dibuat oleh manusia, yakni pertempuran, blokade, dan sanksi yang dikenakan pada penduduk sipil oleh pihak-pihak yang bertikai dalam perang saudara antara pemberontak Houthi melawan loyalis pemerintah yang didukung koalisi Arab Saudi.
Agar konflik yang serupa tidak menimpa Indonesia, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengingatkan masyarakat untuk tidak membawa konflik tersebut ke Indonesia.
"Pelajaran yang paling berharga yang bisa kita ambil, jangan sekali-kali kebudayaan dan cara berpikir mereka jangan di bawa ke sini," kata Kiai Said kepada NU Online di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (31/12).
Sebaliknya, ia menyerukan agar menjunjung tinggi budaya dan cara berpikir negara sendiri. Menurutnya, sekali pun teologi dan syariat Indonesia dan Yaman sama, tetapi budaya dan cara berpikirnya berbeda.
"Budaya kita harus kita angkat. Tidak mengubah ideologi, tidak mengubah syariat, itulah Islam Nusantara," katanya.
Kiai alumnus Universitas Ummul Qura Mekkah, Arab Saudi mengemukakan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang anti terhadap kekerasan dan memiliki sopan santun yang tinggi.
"Indonesia ini sebenarnya anti-kekerasan, bangsa yang ramah, bangsa yang santun. Kenapa terjadi bom sana sini? pasti bukan asli dari cara berpikir dan budaya Indonesia, pasti faktor dari luar negeri," pungkasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)