Usai Banjir, BBM Langka dan Mahal: Warga Mengantre Panjang Berjam-jam
Senin, 1 Desember 2025 | 10:00 WIB
Aceh, NU Online
Usai banjir besar yang melanda sejumlah wilayah Aceh, warga kini menghadapi persoalan baru, yakni kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kondisi ini terpantau di SPBU di Aceh Utara, Bireuen, Lhokseumawe, hingga Pidie Jaya. Antrean panjang kendaraan bermotor mulai tampak sejak Ahad malam (30/11/2025) dan berlanjut hingga Senin siang, menambah kesulitan masyarakat di tengah pemulihan pasca bencana.
Misniati, warga Pidie Jaya, bersama anaknya ikut mengantre BBM di SPBU Ulee Glee. Ia menyebut antrean di lokasi mencapai kurang lebih satu kilometer. “Kami menunggu durasi lama, tapi mau bagaimana lagi, BBM susah, harus tetap antre demi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Beberapa warga lain mengaku harus menunggu hingga empat jam hanya untuk mendapatkan satu hingga dua liter BBM. Di banyak tempat lain, stok BBM bahkan habis total, membuat kendaraan pribadi, motor, hingga kendaraan bantuan kemanusiaan sulit beroperasi.
Khairil Miswar, warga Bireuen, menambahkan bahwa distribusi BBM di wilayah terdampak banjir sangat sulit. “Beberapa SPBU sempat tutup karena pasokan habis, antrean memanjang hingga ratusan meter. Banyak warga yang tidak sempat membeli, sementara kendaraan dapur umum dan ambulans kesulitan bergerak,” ujarnya.
Kondisi ini mengganggu layanan dasar, termasuk distribusi logistik dan transportasi darurat bagi pengungsi.
Antre tengah malam
Di tengah antrean panjang itu, Ibnu, pemuda dari Samalanga, menceritakan perjuangan warga yang menunggu BBM di tengah gelap dan kedinginan.
Pukul 03.00 WIB, ia melihat seorang perempuan paruh baya berdiri menahan dingin, bersama lebih dari puluhan warga lainnya yang berjarak puluhan meter dalam antrean.
“Mereka bertahan di tengah malam hanya untuk minyak satu liter. Baru pukul 04.00 WIB, sebagian mulai mendapatkan giliran,” kata Ibnu.
Situasi ini memperlihatkan betapa kerasnya warga menghadapi kelangkaan BBM pasca bencana. Banyak yang terpaksa menunggu di udara dingin tanpa perlindungan, sementara anak-anak dan lansia ikut merasakan kesulitan ini.
Harga melonjak di tingkat eceran
Selain kelangkaan, harga BBM eceran di sejumlah daerah ikut melonjak signifikan. Di wilayah yang terisolasi dampak banjir, harga pertalite dilaporkan mencapai Rp30.000 hingga Rp50.000 per liter. Di titik terparah seperti Langkahan dan Pirak Timu, harga bisa dua hingga tiga kali lipat dari harga normal.
“Biasanya Rp12.500, sekarang sudah Rp30.000. Tapi mau bagaimana, kalau tidak beli, motor dan ambulans tidak bisa jalan,” kata seorang relawan kemanusiaan yang menyalurkan bantuan ke daerah terendam.
Kondisi ini membuat distribusi logistik terhambat, terutama wilayah yang hanya bisa dijangkau kendaraan roda dua, boat, atau mesin tempel.
Kelangkaan dan lonjakan harga berdampak langsung pada pengungsi, dapur umum, posko banjir, serta kalangan dayah yang membutuhkan BBM untuk operasional sehari-hari. Anak-anak, lansia, dan ibu hamil yang mengungsi turut merasakan kesulitan ini.
Pemerintah diminta segera bertindak
Kelangkaan BBM setelah banjir dianggap ancaman serius, karena masyarakat masih membutuhkan transportasi untuk evakuasi, mengungsi, dan pendistribusian bantuan. Beberapa pengemudi ambulans posko pengungsian mengeluhkan sulitnya mendapatkan BBM.
Kekecewaan mulai dirasakan warga. Banyak warga menilai respons terhadap dampak lanjutan pascabanjir harus lebih cepat dan sistematis. Misniati menambahkan, “Air boleh surut, tapi persoalan tidak ikut surut. Kami masih bertahan, tapi kami butuh solusi, bukan janji.”
Sejumlah SPBU kini dijaga aparat untuk menghindari kerumunan dan potensi keributan akibat antrean panjang. Khairil Miswar menekankan pentingnya koordinasi antar pemerintah, operator SPBU, dan relawan agar distribusi BBM lebih cepat dan merata.
Situasi masih berkembang, dan NU Online terus memantau perkembangan distribusi BBM serta dampaknya terhadap warga terdampak banjir di Aceh. Bantuan BBM bagi transportasi darurat, dapur umum, dan evakuasi tetap menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera diatasi.