Uskup Nigeria: Pembelajaran Komprehensif Jadi Obat Diskriminasi Agama
Kamis, 3 November 2022 | 15:30 WIB
Uskup Katolik dari Nigeria, Matthew Hassan Kukah, saat berbicara pada sesi panel keempat di Forum R20 di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (3/11/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)
Nusa Dua, NU Online
Orang-orang Katolik pribumi di Sokoto, Nigeria, mengalami diskriminasi. Kekerasan dilakukan kelompok ekstremis Muslim, dan tidak hanya terjadi kepada umat Katolik, tetapi juga sesama umat Islam sendiri sebagai agama mayoritas.
Situasi semacam ini semakin berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan, ada orang Katolik yang dibunuh oleh Muslim di kampus hanya gegara mengeluhkan pengenalan agama secara paksa. Ada pula penculikan para tokoh agama, baik dari kelompok Katolik maupun Islam.
Kisah tragis itu hanya satu tragedi yang diceritakan Uskup Katolik dari Nigeria, Matthew Hassan Kukah, saat menjadi pembicara pada sesi panel keempat di Forum Agama G20 (Forum R20) di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022).
Uskup Kukah menjelaskan bahwa terorisme menempatkan orang-orang sebangsanya itu dalam kondisi depresif. Saban hari berita penculikan, perampokan, hingga pembunuhan tak pernah sepi. Bahkan, hal keji itu dilakukan di tempat suci, seperti masjid dan gereja.
Melihat hal demikian, ia menawarkan pembelajaran yang komprehensif masuk dalam dunia pendidikan. “Kita harus mengembangkan pembelajaran koheren. Pendidikan komprehensif terintegrasi menjadi obat bagi ekstremisme,” katanya.
Sebab, orang Katolik tidak mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Bahkan, di antara mereka lebih memilih untuk tidak mengirimkan putra-putrinya ke sekolah mengingat pembelajaran Islam menjadi materi utama dalam sekolah.
“Islam dijadikan sebagai ajaran utama dan menghalangi penyebaran agama Katolik di Nigeria,” ujar Uskup Kukah. Diskriminasi bagi Katolik tidak sebatas itu. Mereka juga tidak mendapatkan kesempatan kerja yang baik.
Di samping itu, Uskup Kukah juga menyampaikan bahwa pemerintah harus mengembangkan budaya dasar hukum untuk kewarganegaraan bersama dan konstitusi. Organisasi-organisasi keagamaan bekerja sama untuk memastikan dunia yang lebih adil bagi kita semua. “Hubungan Katolik dan Islam bisa ditingkatkan jika pemerintah menanggalkan diskriminasi,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan agar umat beragama bersatu melawan kekerasan itu dan memperbaiki hubungannya. “Kita harus bersatu. Mereka tidak hanya membunuh orang Katolik, tapi juga sesama Muslim. Saat ini, para korban sebagian besar adalah terkait Boko Haram dan banditnya,” ungkap Uskup Kukah.
Ia pun memuji inisiatif penyelenggaraan Forum R20 yang diselenggarakan ini karena mengambil langkah bersejarah untuk menyelesaikan solusi secara langsung, yaitu upaya memerangi penyebaran kebencian dalam upaya yang dialami.
“Kebencian memberikan upaya dan asupan untuk kekerasan dan pembunuhan,” pungkas Uskup Kukah.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori