Jakarta, NU Online
Wahid Foundation berencana menggelar bedah buku “Gus Dur, Islam Nusantara dan Kewarganegaraan Bineka” di kantor Wahid Foundation di Aula Griya Gus Dur, Jalan Taman Amir Hamzah No 8, Jakarta Pusat Rabu, 23/1 pukul 13.00 WIB.
Penulis buku tersebut Ahmad Suaedy yang juga merupakan salah seorang pendiri dan mantan Direktur Eksekutif Wahid Institute akan hadir mempresentasikan buku tersebut.
Pembahasan buku ini diprediksi menjadi semakin karena pembahasan buku yang menceritakan keterlibatan Gus Dur dalam penyelesaian konflik di Papua akan dibahas oleh Manuel Kaisiepo, tokoh masyarakat dari Papua. Manuel Kaisiepo akan ditemani oleh mantan menteri Kabinet Gus Dur Riwanto Tirto Sudarmo, Profesor riset dari LIPI.
Buku yang ditulis Suaedy ini menyajikan penjelasan bagaimana Gus Dur berhasil membalik strategi penyelesaian konflik Aceh dan Papua. Ia memberikan keadilan, baru kemudian menuntut kesetiaan dengan tiga langkah: pengakuan, penghormatan, dan transformasi kelembagaan negara untuk mengakomodasi kepentingan mereka. Strategi itu terbukti berhasil membangun rasa kewarganegaraan bineka yang didasarkan pada metodologi Islam Nusantara.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden BJ Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999.
Pada masa kepemimpinannya Gus Dur dikenal sangat dekat dengan masyarakat Papua. Salah satu peninggalan Gus Dur yang dikenang hingga saat ini oleh masyarakat Papua adalah penggunaan nama Papua, menggantikan nama Irian Jaya. (Ahmad Rozali)