Wapres Harap Unwaha Jombang Jadi Episentrum Pendidikan Islam yang Moderat dan Toleran
Sabtu, 4 Juni 2022 | 23:00 WIB
Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin saat meresmikan Gedung Baru Unwaha di Jl. Garuda No. 09, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (4/6/2022). (Foto: Setwapres)
Jombang, NU Online
Indonesia memiliki tantangan besar dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai etnis, suku, budaya, dan agama.
Untuk itu, sebagai perguruan tinggi berbasis keagamaan seperti Universitas KH A Wahab Hasbullah (Unwaha) diharapkan dapat menjadi pusat pendidikan Islam yang moderat dan toleran, sehingga mampu melahirkan cendekiawan muslim yang unggul dalam merekatkan persatuan bangsa.
"Unwaha (harus) turut serta menjadikan Indonesia sebagai episentrum pendidikan Islam yang moderat dan toleran, dengan mencetak insan teladan bagi generasi muslim global, yakni generasi muda yang tidak hanya cakap secara akademis tetapi juga mampu menebarkan toleransi dan berperan aktif dalam kehidupan sosial," tegas Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin saat meresmikan Gedung Baru Unwaha di Jl. Garuda No. 09, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (4/6/2022).
Terlebih, kata Wapres, kemajemukan bangsa Indonesia dewasa ini juga makin diuji dengan munculnya segelintir kelompok dengan menyebarkan paham-paham yang dapat merusak kenyamanan hidup berbangsa di Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
"Sebagai tempat berkumpulnya intelektual-intelektual Islam, Unwaha harus mampu mengambil peranan yang lebih besar dalam mengedukasi masyarakat, khususnya umat yang awam ilmu agama dan mudah terpengaruh pada ajakan-ajakan yang mengarah pada rusaknya ikatan kita sebagai bangsa dalam kerangka NKRI," katanya.
Dalam kesempatan itu, Kiai Ma'ruf juga mengungkapkan, masih ada pihak-pihak yang mencoba mempertentangkan antara Islam kaffah (menyeluruh) dengan kebangsaan. Menurutnya, ada pihak yang lebih menekankan penerapan ajaran Islam secara kaffah sehingga menolak kebangsaan, dan sebaliknya ada juga pihak yang lebih menekankan kebangsaan sehingga menolak ajaran Islam.
“Saya kira sesuai dengan ajaran para ulama, termasuk KH Abdul Wahab Hasbullah, bahwasanya muslim kaffah tidak harus kehilangan kebangsaan. Dan orang yang berpegang pada kebangsaan tidak berarti tidak boleh menjadi muslim kaffah,” tegasnya.
Untuk itu, Wapres meminta UNWAHA terus mencetak generasi muslim yang tidak hanya mampu menerapkan ajaran Islam secara kaffah tetapi juga menghargai kesepakatan kebangsaan (mitsaq).
“Yang saya harapkan adalah kita melahirkan muslim kaffah ma’al mitsaq, artinya dia Islamnya kaffah tapi juga memiliki mitsaq [yakni] menjaga kesepakatan-kesepakatan nasional atau yang disebut al mitsaqul wathani, yaitu kesepakatan nasional tentang pendirian Republik ini dengan didasari Pancasila dan juga UUD 1945,” terangnya.
Terakhir, Wapres berpesan agar Unwaha terus berperan aktif dalam mencerdaskan manusia Indonesia seutuhnya, dengan menanamkan karakter Islami.
Tidak berhenti di situ, pada saat yang sama, Unwaha juga perlu memberikan pengetahuan kepada mahasiswanya mengenai pengetahuan teknologi sebagai media menuju kemaslahatan dan kemajuan bangsa.
"Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutlak diperlukan, tetapi jangan sampai tidak diimbangi dengan penguasaan iman dan taqwa (imtaq). Keduanya harus senantiasa berjalan selaras dan saling melengkapi," pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin