Wajah dunia Islam kembali berselemak jelaga setelah perang kembali pecah antara kelompok militant Palestina, Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiyya, berarti Gerakan Perlawanan Islam) melawan Israel. Tulisan ini tidak akan menguliti seluk-beluk konflik dua bangsa yang telah bertempur sekian lama itu, melainkan hendak memotret kondisi lain yang mungkin tak sempat teramati selama ini.
Sejak Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Taliban, PLO (The Palestine Liberation Organization), Irak, dan Libya—sebagai negara modern paling kiwari yang remuk redam lantaran perang urat syaraf yang dilancarkan Barat pada dunia Islam, kali ini Hamas yang kebagian getahnya. Meski dengan kondisi yang jauh berbeda.
Kita beralih sejenak ke pendapat Prof Moshe Sharon, Sejarawan Islam dari Israel. Saat ini ia ditahbis sebagai Profesor Emeritus Studi Islam dan Timur Tengah di Universitas Hebrew Yerusalem—sekaligus menjabat selaku ketua dalam Studi Baháʼí.
Baca Juga
Bagaimana Membangkitkan Peradaban Islam?
Dalam sebuah sesi seminar, ia berkata, “Ada pertanyaan tentang peran Islam dalam sejarah. Kami menemukan bahwa pada dasarnya keseluruhan sejarah adalah sejarah Islam. Semua tokoh besar dalam sejarah adalah muslim, sejak masa Adam hingga sekarang. Kalau ada orang Yahudi atau Kristen menuntut sesuatu berdasarkan sejarah Raja Sulaiman atau Raja Daud, Nabi Musa, atau Yesus, mereka tidak tahu bahwa semua tokoh itu adalah muslim. Sejak dunia ini diciptakan, hanya ada satu agama, yaitu Islam. Kalau orang-orang menghubungkan wilayah tertentu dengan kuil yang didirikan Raja Sulaiman. Maka muslim yang paham akan mengatakan “ya, memang benar!” Tetapi Sulaiman adalah seorang muslim, Daud juga muslim, Ibrahim muslim, Ishaq muslim, Yesus pun muslim. Itulah yang dimaksud Islamisasi sejarah.”
Pendapat sang profesor memang tak berlebihan, kendati kurang begitu tepat. Karena biar bagaimana pun, kita tak bisa menafikan peran banyak tokoh lain yang bukan Muslim—tanpa harus menyebutkan nama mereka satu persatu di sini. Tapi bahwa peradaban Muslim berperan penting dalam gejolak perubahan dunia hingga sekarang, tak bisa dianggap remeh.
Tak masalah jika Barat tak juga jera mengatakan bahwa Muslim adalah teroris, tapi kita perlu tahu siapa yang memulai Perang Dunia I & II? Bukan Muslim. Siapa yang membunuh sekitar 20 juta orang asli di Australia? Kolonialis Inggris.
Siapa yang menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima & Nagasaki? Amerika Serikat. Siapa yang membunuh lebih dari 100 juta orang Indian di Amerika Utara? Amerika Serikat. Siapa yang membunuh lebih dari 50 juta orang Indian di Amerika Selatan? Amerika Serikat.
Siapa yang mengambil sekitar 180 juta orang Afrika sebagai budak dan 88 persen meninggal di Samudera Atlantik? Bangsa Eropa. Siapa yang telah membunuh sejuta lebih warga sipil di Irak? Amerika Serikat. Siapa yang membunuh ratusan ribu anak kecil di Palestina—sejak pembantaian di Deir Yassin? Inggris dan Israel.
Sampai di sini, kita perlu mendefinisikan terorisme dengan benar. Jika non-Muslim bertindak secara amoral, itu adalah kejahatan. Tetapi jika seorang Muslim melakukan sesuatu yang kurang dari itu, maka dia akan otomatis dicap sebagai teroris.
Bagaimana jika Islam tidak pernah ada? Bagi sebagian orang, ini adalah sebuah hal yang menyenangkan, tidak ada benturan peradaban, tidak ada perang suci, tidak ada teroris.
Namun bagaimana jika hal tersebut tidak terjadi sama sekali? Kita perlu melakukan perjalanan yang mencerahkan melalui sejarah, geopolitik, dan agama untuk menyelidiki apakah Islam memang penyebab dari beberapa krisis internasional yang paling emosional dan penting saat ini? Kita harus meneliti lebih serius sejak kelahiran Islam hingga kejatuhan kekaisaran Romawi, hingga bangkit dan keruntuhan Kekaisaran Ottoman.
Kita juga perlu mengkaji dan menganalisis akar terorisme, konflik di Israel, dan peran Islam dalam mendukung dan memberi energi pada perjuangan anti-imperialisme. Secara provokatif, kita bisa mengajukan keyakinan yang bertentangan dengan klaim banyak politisi, pemikir, teolog, dan tentara, bahwa dunia tanpa Islam mungkin tidak jauh berbeda dari apa yang kita kenal sekarang.
Islam telah memainkan peran penting dalam peradaban manusia sejak muncul pada abad ketujuh Masehi. Secara historis, peran Islam mencakup berbagai bidang, pertama, ilmu pengetahuan. Pada Zaman Keemasan Islam (abad ke-8 hingga ke-14), Muslim membuat kemajuan signifikan dalam ilmu pengetahuan, matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Karya-karya klasik Yunani dan Romawi diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dan penelitian baru dilakukan.
Kedua, pendidikan. Sistem pendidikan Islam, terutama melalui lembaga-lembaga seperti madrasah, menjadi pusat pengetahuan dan pembelajaran. Universitas pertama di dunia, Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, didirikan oleh seorang Muslim pada abad ke-9.
Ketiga, arsitektur dan Seni. Arsitektur Islam, dengan desain masjid dan istana yang rumit, mencerminkan keindahan seni Islam. Karya seni kaligrafi dan mozaik yang rumit juga menjadi ciri khas seni Islam.
Ketiga, perdagangan dan Ekonomi. Melalui jaringan perdagangan yang luas, Islam memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi. Kota-kota seperti Baghdad, Cordova, dan Timbuktu menjadi pusat perdagangan dan kegiatan ekonomi, berskala global.
Keempat, hukum. Hukum Islam, atau syariah, memiliki dampak besar pada sistem hukum di berbagai negara dan masyarakat. Prinsip-prinsip hukum Islam tercermin dalam hukum perdata dan pidana.
Kelima, kedokteran dan kesehatan. Muslim membuat kemajuan dalam bidang kedokteran dengan menyusun karya-karya medis seperti Kitab al-Hawi oleh Razi dan Kitab al-Qanun fi al-Tibb oleh Ibn Sina.
Baca Juga
Traktat Peradaban Islam Gus Dur
Keenam, pemikiran dan filosofi. Muslim juga membuat sumbangsih besar dalam pengembangan pemikiran dan filsafat. Filosof seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibnu Rusyd, punya sumbangan besar pada pemikiran filosofis dan ilmiah dalam dunia modern.
Peran Islam dalam peradaban manusia tidak hanya terbatas pada masa lalu, tetapi juga terus berkembang dan memiliki dampak berkesinambungan pada berbagai aspek kehidupan di berbagai negara hingga saat ini. Hal itu dilatari konsep rahmat bagi alam semesta yang spiritnya tertanam di dalam sanubari setiap Muslim di mana pun ia berada.
Andil komunitas Muslim dalam dunia modern sangat luas dan beragam. Di bidang ekonomi, sosial, dan politik, nilai-nilai Islam sering memainkan peran dalam membentuk kebijakan dan norma-norma masyarakat. Sejumlah negara dengan mayoritas penduduk Muslim menggabungkan prinsip-prinsip Islam dalam kerangka hukum dan sistem politik mereka.
Selain itu, pemikiran cendekiawan Muslim juga turut memengaruhi isu-isu global seperti hak asasi manusia, perdamaian, dan keberlanjutan. Di tingkat individu, praktik keagamaan Islam memainkan peran dalam membentuk identitas dan nilai-nilai pribadi. Namun, seperti halnya dengan agama-agama lain, penafsiran dan variasi praktik ajaran Islam, menciptakan keragaman dalam sumbangsih dan dampaknya bagi dunia modern.
Ren Muhammad, pendiri Khatulistiwamuda dan penulis buku