Oleh KH Ahmad Ishomuddin
Miris rasanya mendengar berita TV dan media cetak bahwa Komjen Budi Waseso (Kepala BNN) berencana mengumpulkan kiai dari seluruh Indonesia sebagai tindak lanjut dari adanya penyalahgunaan narkoba di pesantren di Jawa Timur. Saya berharap, mudah mudahan ucapan baik itu bukan untuk motif-motif politik yang tersembunyi.
Kepala BNN tentu tidak asal terima berita dan tidak asal membuat
statemen yang bisa meresahkan umat Islam Se-Indonesia, khususnya warga NU,
kepada lembaga pendidikan mana lagi umat Islam menyerahkan pendidikan putra
putrinya jika benteng moral pondok-pondok pesantren justru runtuh dan berhasil
dimasuki oleh sindikat narkoba?
Sungguh menyedihkan jika pernyataan itu terbukti benar adanya,
mengingat bahwa seluruh santri dan para kiai adalah manusia yang paling
menjauhi minuman keras (miras), apalagi sampai menyalahgunakan narkoba,
rasa-rasanya sebuah tuduhan dan rasa kuatir berlebihan yang jauh panggang dari
api. Pondok pesantren selama ini adalah lembaga pendidikan agama Islam yang
sudah terbukti dan berhasil mencetak generasi bangsa yang religius, berakhlak
mulia dan punya jiwa nasionalisme yang tinggi.
Komjen Budi Waseso selaku Kepala BNN harus bisa membuktikan
siapa kiai, santri dan tunjukkan pesantren mana di Jawa Timur yang
menyalahgunakan narkoba. Berita tersebut tidak perlu dibesar-besarkan sehingga
seolah penyalahgunaan narkoba di dunia pesantren sudah demikian massif. Sebab,
pasti tidak masuk akal jika main pukul rata bahwa semua pesantren
"dicurigai" atau dikuatirkan akan menjadi pusat peredaran narkoba
yang oleh karenanya para kiai dari seluruh Indonesia perlu dikumpulkan.
Justru seluruh jajaran pemerintah, seperti Polri, Dirjen Bea
Cukai dan lain-lain termasuk BNN sebagai leading sector nasional harus lebih
optimal dan serius bekerja untuk mencegah dan memberantas maraknya produksi dan
peredaran narkoba di seluruh Indonesia. BNN bersama Polri seharusnya lebih
fokus dan rutin menangani dengan lebih tegas dan keras sindikat-sindikat atau
mafia besar narkoba yang kini sudah memasuki fase paling membahayakan seluruh
anak bangsa. Penegakan hukum harus lebih serius dan hukuman yang berefek jera
wajib dijatuhkan kepada siapa pun--tanpa pandang bulu dan tebang pilih--yang
terbukti memproduksi, mengedarkan atau menyalahgunakan narkoba.
Pasti kita semua sepakat bahwa penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan terlarang (narkoba) adalah musuh bersama dan karenanya menjadi
tanggungjawab bersama. Perlu komitmen bersama yang bersifat nasional untuk
lebih serius bekerjasama untuk mengoptimalkan pemberantasan narkoba.
Saya, sebagai Rais Syuriah PBNU, masih yakin seyakin-yakinnya,
bahwa para santri dan para kiai di seluruh Indonesia terus bersatu menjadi
benteng keutuhan NKRI yang mampu melindungi diri sendiri keluarga dan
masyarakatnya dari serangan bertubi sindikat dan mafia narkoba. Saya percaya,
Komjen Budi Waseso akan bekerjasama dan akan terus berkoordinasi untuk
memberantas narkoba berdasarkan skala prioritas, memberantas tuntas yang kelas
kakap hingga yang kelas teri tanpa tebang pilih.
Kepala BNN boleh mencemaskan isu masuknya sindikat narkoba ke
dunia pesantren, tetapi tidak boleh dengan kecemasan yang berlebihan.
Selamat bertugas berat Bapak Komjen Budi Waseso, semua kiai tahu
bahwa tugas nahi anil
munkar (mencegah
kemungkaran) itu jauh lebih berat dan beresiko dibandingkan sekedar amru
bil ma’ruf (memerintahkan
kebajikan).
Penulis adalah Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)