Opini

Berkunjung ke Masjid Jawa di Thailand

Sabtu, 9 Maret 2019 | 17:00 WIB

Oleh Syarif Abdurrahman

Umumnya para turis yang melakukan perjalanan wisata atau traveling di Bangkok Thailand mengunjungi kuil dan hiburan malamnya saja. Padahal Bangkok memiliki alternatif wisata lain, seperti wisata religi. Salah satunya adalah Masjid Jawa (Mosque Java) di kawasan Sathorn, Bangkok, Thailand.

Dari namanya, masjid tersebut identik dengan kebudayaan jawa. Jika diperhatikan, masjid ini hampir serupa dengan bentuk Masjid Demak. Interior masjid hampir mirip seperti masjid-masjid tua di Indonesia dengan ornament tiang, atap-atap, mimbar, dan teralis jendela. Tak hanya interior besarnya yang bergaya Indonesia, namun bahkan tempat wudlunya memiliki ciri khas sendiri.

Masjid ini terbagi dalam dua bangunan utama yaitu masjid utama dan rumah panggung dengan aneka kursi lengkap dengan meja. Masjidnya sendiri berwarna dominan hijau muda dengan atap limasan berundak tiga. Di depan masjid ada tempat pemakaman Islam, sementara di kanan-kirinya tersedia makanan halal sehingga sangat cocok untuk wisatawan muslim.

Untuk menuju masjid ini, wisatawan bisa menuju ke Stasiun BTS (kereta layang) Surasak. Dari sana, tinggal menuju gang di samping St Louis Hospital. Sesampainya di gang tersebut, wisatawan bisa bertanya pada warga lokal. Warga di kawasan lokasi tersebut umumnya akan mafhum mengenai Jawa Mosque.

Tentu Masjid Jawa tersebut erat kaitannya dengan keberadaan komunitas Islam suku Jawa dari Indonesia. M Abdu Na'im, seorang mahasiswa asal Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah Tambakberas, Jombang, Jawa Timur yang berkesempatan berkunjung ke masjid tersebut mendapati bahwa terdapat komunitas ratusan orang Indonesia suku Jawa di kanan-kiri masjid. "Disekitar Masjid Jawa ada sekitar kurang lebih 300 orang beragama Islam. Rata-rata keturunan Jawa," katanya, Sabtu (9/3). 

Berdasarkan keterangannya, saat ini, warga lokal yang merupakan keturunan suku Jawa mayoritas adalah generasi ketiga. Meski masih memegang Islam tradisi Jawa, namun masyarakat Jawa generasi ketiga yang sudah berkewarganegaraan Thailand ini tidak bisa lancar berbahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia. Untuk itu, demi melestarikan budaya dan bahasa Indonesia biasanya generasi tua mengadakan pelatihan khusus bagi anak turun mereka. 

Dalam kesempatan tersebut ia juga berkesempatan berkenalan dengan imam Masjid Jawa. "Kami merasa beruntung karena, setelah solat Isya' kami disapa oleh imam masjid Jawa ini yang merupakan generasi ketiga dari leluhur Jawa. Ia bercerita bahwa kakeknya dulu berasal dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah yang juga salah satu pendiri Masjid Jawa tersebut," ungkap Abdu Na'im.

Mengungjungi masjid tersebut merupakan salah satu ‘menu’ dalam wisata religi yang ia ikuti. "Masjidnya cukup bagus dan dekat dari penginapan kami, berjalan dari apartemen lalu masuk ke jalan utama lalu melewati jalan kecil Soi Charoen Rat 1 Yaek 9. Kira-kira butuh waktu sekitar 15 menit. Lalu kita tiba di depan sebuah plang nama besar yang bertulis Jawa Mosque. Perasaan kami seperti di Tanah Jawa," beber Mahasiswa yang juga santri Pesantren Bahrul Ulum, Jombang ini.

Dalam pelaksanaan ibadah solat lima waktu, amalan dan tata shalatnya sama dengan amalan mayoritas kaum nahdliyin Indonesia; yaitu ada zikir bersama lalu dilanjutkan bersalaman antar jamaah. Selain shalat berjamaah, juga terdapat aktivitas rutin pengajian Al-Qur'an setiap hari Ahad untuk dewasa, dan khusus hari Senin-Jumat untuk anak-anak.

Idul Fitri dan Idul Adha adalah aktivitas yang paling ramai di Masjid Jawa ini. Penduduk sekitar masjid juga sangat menyukai kenangan-kenangan dari Jawa ke Bangkok, Thailand. Hal ini terlihat dari koleksi mereka yang terjejer di rumah-rumah warga.

Bagi Naim, ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan mengasyikkan dapat berkunjung wisata religi di Bangkok. Bagi muslim traveller khususnya, dan traveller lain pada umumnya ia menyarankan untuk mencoba sensasi mengunjungi Masjid Jawa di negeri Gajah Putih ini.


Terkait