Dompet Digital, Kemudahan yang Perlu Dibarengi Kehati-hatian
Selasa, 28 Maret 2023 | 23:00 WIB
Transaksi keuangan kini semakin mudah dengan dompet digital (e-wallet) yang memungkinkan penyimpanan uang dalam bentuk elektronik. Tak perlu lagi membawa uang tunai atau membawa secukupnya saja di dompet sekadar untuk berjaga-jaga. Semuanya tersedia dalam genggaman. Transaksi cukup dengan membuka aplikasi dan mengetikkan jumlah yang diinginkan. Praktis.
Dompet digital menghilangkan keribetan pada kembalian uang kecil, uang kertas yang sudah kumal, atau kekhawatiran menerima uang palsu. Tak perlu pula bolak-balik menghitung guna memastikan uang yang dibayarkan tidak lebih atau kurang. Transaksi pun tercatat dengan rapi.
Dengan segala kemudahan dan nilai tambah yang diberikannya, dari waktu ke waktu penggunaan dompet digital semakin banyak dan luas. Sangat mungkin di masa depan, sebagian besar transaksi keuangan di Indonesia tak lagi menggunakan uang tunai (cashless) sebagaimana yang sudah terjadi di negara lain yang industri teknologi keuangannya sudah lebih maju.
Kampanye masif dan persaingan yang ketat antara sejumlah platform dompet digital menjadi pendorong percepatan adaptasi dompet digital. Iming-iming diskon, cashback, hingga point reward yang ditawarkannya membuat banyak orang rela mengunduh berbagai aplikasi untuk menggunakan nilai tambah yang ditawarkan. Pandemi Covid-19 juga menjadi faktor yang mempercepat peralihan ke transaksi nontunai.
Transaksi-transaksi yang dapat dilakukan melalui dompet digital pun semakin beragam. Membayar tagihan listrik, BPJS, dan sejenisnya; atau transfer ke rekening lain merupakan fitur standar. Yang banyak dilakukan adalah pembayaran transaksi daring di lokapasar (marketplace) mengingat adanya integrasi aplikasi seperti pada Gojek dengan Gopay atau Shopee dengan Shopeepay; Ovo merupakan dompet digital yang menyediakan produk investasi. Kini tersedia pula dompet digital besutan anak-anak muda NU yang diberi nama Nucash App yang memiliki tambahan fitur khas santri yaitu bisa menyumbang ke pesantren, masjid, dan Koin NU.
Di balik kepraktisan dan kemudahan yang diberikan dompet digital, masyarakat perlu berhati-hati terhadap risiko yang muncul. Kasus-kasus penipuan dompet digital terus saja berjatuhan sebagaimana diwartakan di media atau dibagikan di media sosial. Tak hanya menimpa orang biasa, beberapa pesohor pun menjadi korbannya.
Terdapat dua aspek kunci dalam penipuan dompet digital. Pertama, aspek teknis teknologinya, apakah sudah cukup aman dari berbagai serangan siber. Jika terdapat celah keamanan, maka aplikasi tersebut rawan mengalami peretasan. Data-data digital dicuri; akun diambil alih dan saldo dikuras. Jikalau hal ini terjadi, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengembang aplikasi. Pengguna yang dirugikan dapat meminta ganti rugi.
Kedua, aspek manusia pengguna aplikasi. Kebanyakan kasus terjadi karena ketidaktahuan atau kurangnya kehati-hatian dalam menjaga informasi sensitif seperti one time password (OTP) yang dapat digunakan pihak lain mengakses akun dompet digital. Teknik yang banyak digunakan untuk melakukan penipuan adalah social engineering, yaitu upaya rekayasa sosial dengan manipulasi psikologis kepada pengguna dompet digital sehingga mereka memberikan akses OTP.
Teknik penipuan supaya bisa masuk ke akun inilah yang bermacam-macam. Salah satunya mengaku sebagai karyawan Gojek, minimarket atau gerai tertentu sebagai alasan meminta OTP. Trik lain adalah janji hadiah dalam jumlah besar yang akan dimasukkan ke dalam akun; ditakut-takuti saldo akan hangus; atau akun akan dibekukan. Penyedia layanan keuangan digital tidak pernah meminta akses OTP sehingga langsung ditolak saja jika ada yang memintanya.
Fitur call forward yang disediakan oleh operator telepon untuk mengalihkan panggilan dan SMS dari nomor utama ke nomor lain menjadi celah penipuan. Dengan social engineering, tanpa sadar, pemilik nomor telepon diminta untuk mengalihkan panggilan ke nomor baru milik penipu. Dengan demikian, ia juga mendapatkan akses OTP yang menjadi kunci untuk membuka akun dompet digital.
Tingkat keamanan akun berbanding terbalik dengan kenyamanan. Semakin mudah dan semakin nyaman, maka semakin sedikit langkah yang diperlukan untuk mengakses akun. Tapi di sisi lain, hal ini meningkatkan risiko keamanannya. Sekali akun jebol dan diambil alih pihak lain, habis lah isi dompet digital tersebut.
Akses OTP, password kartu ATM, akun mobile banking atau password untuk akun digital apa pun ibarat kunci rumah digital, yang semestinya tidak akan diberikan kepada siapapun. Dalam kejahatan konvensional, pencuri yang masuk rumah akan mengambil beberapa barang paling berharga karena ada keterbatasan waktu serta tenaga. Dalam kejahatan digital, sekali pencuri mendapatkan akses, maka dalam sekejap seluruh uang yang ada di dalamnya bisa lenyap berpindah ke akun lainnya.
Seperti perlindungan harta di rumah yang dimulai dari mengunci pagar, pintu depan, pintu kamar, dan pintu lemari untuk menyimpan barang berharga. Perlindungan ke harta digital pun mesti berlapis. Perlindungan akses awal, HP mesti selalu dalam keadaan terkunci. Jika telepon cerdas tersebut hilang karena jatuh atau dicuri orang, aplikasi-aplikasi yang ada di dalamnya tidak dapat diakses. HP juga dapat disetting untuk mengunci aplikasi tertentu sebagai langkah pengamanan tambahan. Selanjutnya autentikasi dua faktor memastikan transaksi diotorisasi terlebih dulu sebelum dieksekusi.
Password yang kuat dapat mencegah pengambilalihan oleh orang lain. Kalau terdapat pilihan penggunaan kombinasi angka, huruf besar dan kecil serta tanda khusus, maka hal ini memungkinkan membuat perlindungan yang kokoh. Bila hanya tersedia dalam format angka, maka perlu dibuat kombinasi angka yang sulit ditebak. Kunci masuk dengan tanggal kelahiran atau kombinasi lain yang umum digunakan seperti 1-6 sangat mudah dibobol. Satu password untuk seluruh akun memudahkan, namun apabila terjadi peretasan, akun-akun lain bisa dengan gampang diambil alih. Menggantinya secara berkala dapat juga dapat meningkatkan keamanan data.
Teknologi digital membuat banyak aktivitas menjadi semakin mudah, semakin cepat serta sekaligus juga semakin abstrak. Dengan memahami manfaat dan risikonya, beserta cara-cara perlindungannya teknologi tersebut akan memberikan manfaat yang besar untuk kemudahan hidup.
Achmad Mukafi Niam, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)