Pengalaman Haqi Ikut Kompetisi Matematika di Korea Selatan
Sabtu, 7 November 2015 | 08:13 WIB
Siapa mengira, siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bustanul Ulum yang berada di Kecamatan Waru, daerah pantai utara Pamekasan ini bisa ikut berkompetisi di Korea Selatan. Padahal Madrasah ini jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Pamekasan.<>
Hanya berselang seminggu dari ujian kenaikan kelas di MTs Bustanul Ulum, Amiril Haq mendapatkan kabar lolos sebagai salah satu peserta World Mathematics Invitational (WMI) yang diadakan oleh Korean Gifted Students Evaluation Association (KGSEA), Agustus 2012.
Kabar lolos ke WMI, diakui Haqi, panggilan akrab Amiril Haq, membuatnya seakan berada di alam mimpi. Antara percaya dan tidak percaya, ditambah rasa sungkan terhadap siswa-siswa senior lainnya membuncah menjadi satu. Haqi pun mengaku sempat berurai air mata. Bahkan, semalam pasca menerima kabar tersebut, Haqi mengaku tidak bisa tidur.
Berbekal tekad kuat dan dorongan kepal sekolahnya yang menyatakan bahwa dirinya berpotensi juara, Haqi tidak larut dengan kabar gembira tersebut. Justru, kabar itu dijadikan sebagai cambuk untuk makin giat belajar. Pilihan itu, diakui Haqi karena tidak ingin keluar sebagai pecundang di ajang WMI.
Bayang-bayang akan bersaing dengan 700 peserta dari 12 negara peserta, makin membulatkan tekad bahwa ajang WMI bukan sekedar ajang antar-siswa. WMI oleh Haqi ditetapkan sebagai ajang mempertaruhkan nama baik Indonesia.
“Saya menetapkan diri sebagai duta madrasah dan duta Indonesia. Saya makin percaya diri, bahwa saya bisa,” ucap Haqi ditemui di madrsahya akhir Oktober 2015 lalu.
Selain giat belajar, sejatinya Haqi mengaku memikirkan biaya keberangkatannya ke Korea Selatan. Kabar bahwa keberangkatannya ke Korea Selatan tidak dibiayai negara membuatnya sempat gundah. Bayang-bayang gagal berangkat ke Korea Selatan diakuinya sempat menghantui.
Untungnya, biaya keberangkatan ke Korea Selatan sudah ditegaskan oleh pihak madrasah, bahwa akan ditanggung madrasah tempat ia menimba ilmu. Semangat yang sempat pudar kembali membuncah di hatinya. Selama tiga bulan lebih, Haqi terus berkutat dengan rumus-rumus matematika.
Pandangan sebelah mata terhadap siswa madrasah, diakui Haqi sempat dirasakan saat baru dimondokkan ke Bustanul Ulum. Teman sejawatnya di SDN I Rongtengah diakui Haqi sempat menanyakan apa cita-citanya melanjutkan pendidikan ke madrasah. Bahkan, guru semasa di SDN Rongtengah juga sempat menanyakannya.
Namun, pertanyaan yang bernada sangsi dari teman sejawat dan sebagian gurunya berubah total setelah Haqi lolos ke ajang WMI. Teman sejawatnya yang semula sering mempertanyakan, ikut mendukungnya dan mengaku bangga. Bahkan, Haqi makin semangat untuk mengkampanyekan madrasah sebagai sekolah terbaik membaca sejarah tokoh muslim yang jadi ahli Matematika.
“Ibnu Sina, Aljabar, dan beberapa tokoh muslim lainnya banyak yang ahli matematika. Cikal bakal matematika adalah di madrasah. Makanya, kami makin bangga dengan madrasah. Itu lah yang sering saya sampaikan pada teman-teman yang sekolah di sekolah umum,” ulas Haqi.
Sejak hari pertama memasuki bangku Kelas II MTs Bustanul, intensitas belajar Haqi makin meningkat. Haqi harus ikut dalam bimbingan belajar khusus selama tiga bulan. Haqi harus rela mengorbankan sebagian besar waktunya dalam karantina belajar matematika. Puncaknya adalah ketika jadwal keberangkatan ke Korea Selatan ditetapkan pada 14 Agustus 2012.
Untuk mengapreasi prestasi yang telah diraih oleh siswanya, MTs Unggulan Bustanul Ulum menggelarpenyambutan khusus. Bentuk sambutannya pun khas sebagaimana dilakukan warga Madura. Yakni, mengarak siswa berpretasi dengan konvoi dari Ibu Kota Kabupaten hingga ke Madrasah.
Khusus tradisi arak-arakan dengan sepeda motor ini, masyarakat Madura menganggap sebagai ritual penyambutan orang suci dan pembesar negara. Arak-arakan di Madura, bisa dilakukan guna menyambut kedatangan jamaah haji, kedatangan ulama yang diundang khusus untuk berceramah atau kedatangan pejabat negara yang sangat dihormati.
Nah, kedatangan putra dari pasangan Moh Ramli dan Siti Khoiriyah dari Kota Pemekasan ke sekolah tercinta diarak dengan puluhan kendaraan. Tak hanya siswa, sejumlah warga terlibat dalam arak-arakan tersebut. Termasuk jajaran muspika Pamekasan. Haqi memang pantas mendapatkan kehormatan itu, karena ikut serta membawa nama baik MTs Bustanul Ulum.
Saat acara penyambutan tersebut, siswa-siswi berbaris menggelar selebrasi musik ul-daul, hadrah, dan drum band. Aksi tersebut digelar di depan MTs Unggulan Bustanul Ulum. (Hairul Anam)
Foto dokumentasi: Amiril Haq (lima dari kiri) meraih medali di Korea Selatan 2014