Buku Rihlah Semesta Bersama Jibril: Memahami Isra’ Mi’raj secara Komprehensif
Jumat, 9 Februari 2024 | 18:00 WIB
Isra’ Mi’raj, perjalanan sakral Nabi Muhammad yang terjadi kurang dalam semalam, tak bisa dipungkiri, adalah peristiwa terbesar dalam sejarah kehidupan manusia. Sejak terpublikasikannya, lima belas abad lalu, Isra’ Mi’raj mampu membuat mental penduduk Makkah terguncang begitu dahsyat dan menjadi perbincangan paling panas.
Sampai detik ini, ia tak pernah lirih mengundang beragam pembacaan, mulai dari sudut pandang spiritual-imaniah hingga perspektif rasional-ilmiah. la pun telah menginspirasi banyak orang bukan hanya dalam penuturan lisan, tetapi juga tulisan.
Sayyid Muhammad bin Alawiy al-Malikiy dalam kitab Wahuwa bil Ufuqil A'lā mencatat, karya berbahasa Arab yang memusatkan perhatiannya secara spesifik terhadap Isra’ Mi’raj telah mencapai bilangan 41.
Di antara beberapa karya berbahasa Arab tentang Isra’ Mi’raj yang paling populer adalah karya Najmuddin al-Ghaytiy yang diberi anotası (syarah) oleh ulama Mesir abad ke-18, Ahmad ad-Dardir (w 1786). Karya ini lazim disebut dengan nama pengarangnya Kitab Dardir.
Oleh karena itulah, Tim Forum Kajian Ilmiah (KASYAF) Purna Siswa III Aliyah 2017 Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien Ponpes Lirboyo tergerak untuk menyuguhkan berbagai informasi yang bergizi tentang perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi saw. yang diberi judul: Rihlah Semesta Bersama Jibril: Menguak Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. dari Aspek Hikmah, Nilai Filosofis, Pesan Simbolis, Sufistik, dan Saintifik.
Buku ini akan menyibak pelbagai tirai Isra’ Mi’raj dan menelusuri pesan-pesan dan isyarat berharga yang hendak disampaikannya, dengan komprehensif dari berbagai macam perspektif.
Habib Luthfi bin Yahya dalam kata pengantarnya atas buku ini merasa berterima kasih dengan diterbitkannya buku ini. Beliau juga berharap buku ini akan membuka keluasan dalam memahami dan melihat kebesaran Isra’ Mi’raj dalam Qudrah Iradah-nya Allah.
Isi Buku Rihlah Semesta
Untuk menjelaskan ibrah, petunjuk-petunjuk dan kekayaan Isra’ Mi’raj, buku ini mengetengahkan tujuh pembahasan.
Pada Bab I, diurai terlebih dahulu sebuah mukadimah. Kemudian pada Bab II (Isra’ Mi’raj sebagai al-Mu'jizat al-Kubra), menjelaskan bahwa peristiwa lima belas abad yang lalu ini bukanlah dongeng atau semacam cerita rakyat semata, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan nilai validitasnya.
Ia memiliki dalil-dalil atau landasan otentik yang mapan, dan sebagai mukjizat terbesar yang dianugerahkan Tuhan, sehingga keraguan terhadap kebenarannya merupakan cerminan dari buruknya keimanan seseorang.
Lalu pada Bab III dipaparkan kisah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad. Kisah Isra’ Mi’raj dalam buku ini ditampilkan dengan ungkapan bersifat deskriptif dan naratif-ekspresif.
Penyajian secara deskriptif menjadikan kisah Isra’ Mi’raj dalam buku ini tidak fiktif, melainkan berdasarkan sumber-sumber primer berupa ayat-ayat al- Quran dan hadits-hadits otentik, juga rujukan-rujukan referensial berupa karya-karya para ulama yang otoritatif (mu'tabar).
Adapun penyajian secara naratif ekspresif, yakni menguraikan kisah Isra’ Mi’raj secara kronologis sesuai rentetan peristiwa yang dialami pelaku pelaku kejadian, membuat kisah Isra’ Mi’raj dalam buku ini menggunakan gaya bahasa pengungkapan perasaan dan pertimbangan dalam diri penyusun berdasarkan testimoni-testimoni tentang Isra’ Mi’raj dari para pakar, seperti mufassirin. muhadditsin, mutashawwifin, dan lain sebagainya.
Pada Bab IV, dikuak hikmah, nilai filosofis, dan pesan simbolis dalam Isra’ Mi’raj. Sebagai peristiwa akbar, di dalamnya tentu terdapat berbagai pengalaman yang diraih Nabi Muhammad serta hikmah-hikmah yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai teladan kehidupan
Pada bab ini, setiap episode Isra’ Mi’raj dijadikan sebagai snapshot untuk digali pesan-pesan simbolis yang tersembunyi di dalamnya. Yang menarik pada bab ini adalah, pelbagai rahasia dan pertanyaan penting seputar Isra’ Mi’raj akan disibak dan dijawab dengan menggali literatur khazanah Islam yang otoritatif, sehingga testimoni-testimoni bernas dari para pakar cukup sering dijumpai. Pada bab inilah arti bahrun lā sāhila lahu bagi Isra’ Mi’raj semakin terasa.
Pada Bab V dibahas mengenai keterkaitan Isra’ Mi’raj dengan sufisme. Peristiwa Isra’ Mi’raj, dalam dunia sufisme, tidak dijadikan sebagai momen bersejarah yang hampa makna, tapi dijadikan sebagai simbol inspirasi perjalanan mistikus di mana manusia bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan Tuhannya.
Lalu pada Bab VI, sebelum khatimah, dipaparkan pembahasan mengenai keterkaitan Isra’ Mi’raj dan sains. Perjalanan Nabi Muhammad dari Makkah ke Baitul Maqdis, kemudian naik ke langit, menyaksikan Sidratul Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembali lagi ke Makkah, dalam waktu yang amat singkat, betapa membuktikan bahwa ilmu dan Qudrat Tuhan meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi segala yang finite (terhingga) dan infinity (tak terhinggakan) tanpa terbatas ruang dan waktu.
Pada bab ini, diurai teori-teori sains yang dipakai kaum saintis dalam menjelaskan rasionalitas Isra’ Mi’raj, dengan disertai tanggapan-tanggapan atas pemakaian teori-teori tersebut, seperti pemakaian teori relativitas dan teori dimensi.
Pada bab ini diuji suatu sikap yang relevan dalam memandang Isra’ Mi’raj, apakah dengan pandangan imaniah atau rasional-ilmiah? Apakah dengan pendekatan sebagaimana Immanuel Kant, tokoh filsuf kebangsaan Jerman, “Saya terpaksa menghentikan penyelidikan ilmiah demi menyediakan waktu bagi hatiku untuk percaya,” atau dengan pendekatan sebagaimana pernyataan Stephen Hawking, “Tidak ada aspek realitas melampaui realitas yang bisa dipahami manusia” Ataukah dengan meneladanı jawaban Abu Bakar aş-Siddiq yang tergambar dalam ucapannya ketika merespons peristiwa Isra’ Mi’raj, “Apabila Muhammad yang mengabarkannya, pastilah benar adanya. Sungguh, aku telah mempercayainya untuk hal yang lebih jauh dari itu?”
Kelebihan Buku Rihlah Semesta
Kelebihan buku ini salah satunya berada pada isinya yang meneropong kejadian Isra’ Mi’raj dari berbagai sudut pandang, yakni dari aspek hikmah, filosofis, simbolis, sufistik, dan saintifik, sehingga menjadikan buku ini begitu padat dan 'basah' akan keilmuan.
Selain itu, sisi kelebihannya, kisah Isra’ Mi’raj dalam buku ini ditampilkan dengan redaksi yang bersifat deskriptif dan naratif-ekspresif. Penyajian secara deskriptif menjadikan kisah Isra’ Mi’raj dalam buku ini tidak fiktif.
Sedangkan penyajian naratif-ekspresif diharapkan dapat mendorong pembacanya untuk lebih meresapi dan menghayati berbagai pengalaman yang diraih Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, sehingga membuahkan kerinduan dan menumbuhkembangkan rasa mahabbah kepada Nabi.
Lebih dari itu, buku ini juga memberikan banyak jawaban atas sejumlah pertanyaan penting seputar Isra’ Mi’raj dan mencoba mengajak dengan begitu detail serta mendalam menyimak kisah perjalanan sakral yang ditempuh Nabi saw.
Harapannya, setelah membaca ini, selain memperluas cakrawala pengetahuan dan pemahaman, pembaca juga akan semakin tebal keimanannya terhadap ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Identitas Buku
Judul Buku: Rihlah Semesta Bersama Jibril: Menguak Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. dari Aspek Hikmah, Nilai Filosofis, Pesan Simbolis, Sufistik, dan Saintifik.
Penulis: Tim Forum Kajian Ilmiah (KASYAF) Purna Siswa III Aliyah 2017 Madrasah Hidayatul Mubtadi’ien Ponpes Lirboyo
Tahun: Cetakan III, Desember 2017 M
Penerbit: Lirboyo Press
Tebal: xxiii + 444 hlm
Peresensi: M. Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Ponpes Al-Iman Bulus Purworejo