Pustaka

Pemikiran Islam Lokal Tuan Guru Bengkel

Jumat, 12 Agustus 2016 | 08:00 WIB

Muktamar ke-33 di Kota Santri Jombang merupakan momentum untuk menjadikan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan yang berpegang teguh pada Islam yang wasathiyah (moderat), Islam Nusantara, Islam yang hidup ditengah-tengah ke-Bhineka-an. Tema yang diusungkan dalam Muktamar tersebut adalah Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia. Tema ini menegaskan komitmen NU untuk memajukan peradaban dari Indonesia untuk dunia dengan pendekatan yang harmonis (pendekatan agama, sosial) secara kultural dan dalam konteks ini NU sejak didirikan, sekarang, dan seterusnya akan mendukung peradaban.

Tema itu juga sejalan dengan doktrin Islam Aswaja Annahdliyyah yang sering diperdengarkan oleh organisasi Nahdlatul Ulama bertujuan agar hubungan antar manusia bisa bersikap tawasuth (moderat), tawazun (berimbang), i’tidal (tegak lurus dalam prinsip), dan tasamuh (toleransi). Hal ini sesungguhnya implementasi dari al-maslahah al-mu’tabarah (hifd din, nafs, ’aql, nasl, dan mal). Ketika lima tujuan ajaran universal Islam ini diintegrasikan dengan empat pilar kebangsaan, maka Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa akan menjadi negara yang maju dan berperadaban.

Terminologi “Islam Nusantara” mendapatkan respon yang hangat baik pro dan kontra atas istilah tersebut, di luar itu muncul banyak pendapat dan argumen untuk menegaskan bahwa istilah “Islam Nusantara” bukanlah model Islam atau aliran baru akan tetapi sebuah istilah yang memang hadir atas realita bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang hidup di tengah-tengah agama-agama lain. Di luar perdebatan tersebut, layak untuk dibaca buku baru yang terbit awal tahun 2016 dengan judul Pemikiran Islam Lokal TGH. M. Shaleh Hambali Bengkel.

Buku ini hadir menguraikan sejarah perjalanan intelektual seorang ulama dan tokoh besar Lombok NTB. TGH. M. Shaleh Hambali yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama Tuan Guru Bengkel (Bengkel merupakan nama sebuah desa tempat kelahiran dan dimakamkan TGH. M. Shaleh Hambali) merupakan salah satu perintis kebangkitan Islam di Lombok awal abad 20 dan merupakan Rais Syuriah pertama NU NTB. Tuan Guru Bengkel juga merupakan salah satu tokoh yang memformulasikan dakwahnya melalui tulisan atau seperti yang diistilahkan penulis buku “Era Fatwa” menuju “Era Baca”. 

Tuan Guru Bengkel dalam beberapa pemikiran dan fatwanya sering dianggap kontroversi karena beberapa pandangannya dalam persoalan agama berbeda dengan ulama pada masanya. Buku ini merupakan hasil penelitian yang didasari pada tugas akhir (disertasi) penulis ketika menempuh doktor di bidang Islamic Studies di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 

Pemikiran-pemikiran Tuan Guru Bengkel dibagi menjadi tiga tema bidang pemikiran yaitu bidang tauhid, fiqih dan bidang tasawuf. Pemikiran Tuan Guru Bengkel dalam persoalan tauhid merepresentasikan bahwa Tuan Guru Bengkel adalah ulama yang memegang paham ahl-Sunnah wa al-Jama’ah An-Nahdlyah. Tema yang disajikan merupakan tema besar yang menjadi perhatian ulama ahl-Sunnah wa al-Jama’ah diantaranya 1) Masalah sifat Allah dan para rasul-Nya, 2) Masalah kekuasaan Allah dan perbuatan manusia, dan 3) Masalah keimanan dan keislaman (hal 134).

Adapun dalam bidang fiqih merupakan bidang kajian yang banyak menjadi bahan diskusi karena dianggap kontroversi, diantaranya masalah mati syahid dunia akhiratnya salah satu tokoh yang meninggal disebabkan oleh perisean. Perisean merupakan sebuah tradisi dalam masyakarat Sasak dimana dua orang pepadu saling mengadu ketangkasan (halaman 228). Masalah kedua yang dianggap kontroversi  adalah tidak adanya Sorong Serah dalam perkawinan (halaman 238). Sorong Serah merupakan upacara yang dilakukan untuk membayar harga seorang perempuan dalam tradisi adat Sasak. Perkara lain dalam bidang fiqih adalah karya Tuan Guru Bengkel tentang haji yang terdapat dalam kitab Jamuan Tersaji pada Manasik Haji. Kitab ini menyajikan masalah haji lengkap yang diawali penjelasannya tentang masalah rukun Islam yang lima dan rukun iman yang enam.

Sedangkan dalam bidang tasawuf,  Tuan Guru Bengkel mengajarkan salah satu bidang tasawuf yaitu tarekat. Tarekat yang dikembangkan adalah tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah Khalwatiyah. Selain tarekat, topik pembahasan yang masih dalam kajian tasawuf adalah masalah lagu atau nyanyian dan tarian. Tuan Guru Bengkel menulis masalah ini dalam kitab Luqthatul Jawharah yang ditulis pada tahun 1933. Kitab lainnya yang ditulis adalah tentang tasawuf, Cempaka Mulia Perhiasan Manusia, Intan Berlian Perhiasan Laki Perempuan, dan Permaiduri. 

Walhasil bahwa buku karya Adi Fadli tentang sosok Tuan Guru Bengkel menjadi bahan bacaan dan kajian awal bahwa betapa produktifnya ulama yang hidup diparo abad ke-20 yang dianggap sebagai tokoh sang pembaru dalam model dakwah yaitu bil lisan, bil kitabah, dan bil hal. Selain itu buku ini menambah khazanah pengetahuan kita tentang teori masuknya Islam ke Lombok. Dalam penelitian Adi Fadli ini menjelaskan bahwa Islam masuk ke Lombok dengan tiga teori. 

Buku ini seperti yang dikatakan salah satu Guru Besar Sejarah UGM dalam pengantarnya layak untuk menjadi bacaan khalayak ramai, khususnya bagi mereka yang menggeluti kajian sejarah Islam di Indonesia, atau Islam di Nusantara, maupun sejarah lokal. Selain itu mereka yang tertarik pada persoalan sejarah keagamaan, sejarah sosial-budaya, dan segi-segi lainnya perlu untuk menjadikan buku ini sebagai salah satu referensi penting.

Info Buku
Judul Buku : Pemikiran Islam Lokal TGH. M. Shaleh Hambali Bengkel
Penulis : Adi Fadli
Penerbit         : Pustaka Lombok 
Cetakan         : i, 2016
Tebal         : xxvi – 358

Peresensi
Retno Sirnopati



Terkait