Risalah Redaksi

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Bangsa

Selasa, 22 November 2005 | 12:45 WIB


Beberapa dekade belakangan ini bangsa Indonesia semakin kehilangan daya cipta, hal itu tidak lain karena bangsa ini telah kehilangan kepercayaan diri, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa. Hal itu bermula ketika bangsa ini tidak lagi memiliki kedaulatan atas dirinya sendiri dan hanya taat pada komando bangsa lain, baik di tataran budaya, politik dan ekonomi. Kepatuhan merupakan bentuk kepasrahan, dan itu aneh dilakukan oleh orang yang terpelajar dan berpengalaman, tetapi tidak lebih banyak menjadi kuli bangsa lain, karena mereka tidak dibina karakternya, melainkan hanya dididik dengan pengembangan profesinya, akibatnya mereka hanya menjadi  pesuruh.

Bangsa ini telah mengalami keterputusan dengan tradisi, dan mengalami ketercerabutan dengan sejarah. Hal itu yang membuat bangsa ini merasa miskin dan terbelakang, karena silau dengan bangsa lain, karena mengukur dirinya dengan kemajuan mereka, bukan atas prestasinya sendiri. Akhirnya menjadi bangsa yang tidak tahu arah  dan tidak mengenal tujuan, diombang ambing oleh berbagai arus politik dan gelombang kebudayaan serta arus ekonomi bangsa lain.

<>

Dalam hal ini terdapat contoh yang sangat nyata, ketika hendak memperbaiki sistem politik, maka dilakukan impor sistem politik besar-besaran dari Barat, dan terbukti semuanya gagal karena tidak relevan. Tidak pernah mencoba dengan pengalaman bangsa sendiri yang berpengalaman membangun sistem politik sejak ribuan tahun sejak dari Mataram kuno, Sriwijaya, Singasari, Majapahit dan sebagainya. Padahal mereka telah menciptakan sistem etika politik, konstitusi yang matang serta sistem sosial ekonomi yang kuat.

Bahkan belakangan ini, ketika bangsa ini kekurangan beras, kekurangan gula atau kekurangan garam, maka segera melakukan impor. Padahal segala kekurangan itu bisa dicukupi kalau pertanian digalakkan dan difasilitasi. Tetapi dalam kenyataannya pemerintah tidak peduli pada petani, sebaliknya malah sangat memihak pada pedagang atau importir yang itu merupakan mafia beras gula atau mafia perdagangan internasional, yang jaringannya sanagat kuat di sini.

Demikian juga produksi film nasional di tekan karena alasan politik, kemudian melakukan impor film Hollywood, maka sekarang produksi film nasional mati, sehinga bangsa ini kehilangan ekspresi kebudayaan dan kehilangan mata pencaharian di bidang itu. Maka kebijakan impor itu selain menumpulkan kreativitas bangsa juga membuat rakyat miskin menderita, karena seluruh sektor usaha akan di dominasi asing, kita jadi konsumen, yang kesemuanya harus dibayar mahal.

Cara berpikir dengan mengambil jalan pintas, tidak mau kerja keras dan hanya mengandalkan uang suap, terbukti telah merusak mental dan integritas bangsa ini. Lebih dari itu malah menimbulkan penderitaan rakyat yang luar biasa, karena hasil kerja keras mereka tidak dihargai. Karena dengan adanya suap dari para importir itu bangsa kita lebih menghargai karya bangsa lain walaupun kualitasnya lebih rendah, dibanding karya bangsa sendiri yang lebih bermutu.

Maka untuk mengembalikan krativitas bangsa ini, maka bangsa ini harus dibangkitkan kepercayaan dirinya, agar mereka bangga pada diri sendiri dan ciptannya sendiri, dan mau mendukung kreativitas bangsa sendiri. Salah satu cara yang paling efektif adalah, para pimpinan haruslah memberikan teladan agar mereka mau hidup kreatif mandiri. Lantas menjadikan kemandirian sebagai pandangan hidup masyarakat. Dengan mandiri dan kepercayaan diri yang kuat bangsa ini akan menjadi bangsa yang kreatif dan mau bekerja keras.

Dengan adanya kejujuran para pemimpin masyarakat yang dipimpin akan mau bekerja keras untuk negeri ini. Para pimpinan lebih banyak manipulatif, bagaimana mereka membuat peraturan dan perundang-undangan yang merusak sektor usaha rakyat. Padahal rakyat bisa berbuat banyak untuk memproduksi apa yang dibutuhkan bangsa ini dan apa yang diwajibkan oleh rakyat dan negara. Tetapi yaitu asal semuanya dikelola dengan baik, dan ditujukan untuk kepentingan bersama. Kunci kebesaran sebuah bangsa adalah integritas dan kreativitas warga bangsa itu sendiri. (mun’im dz)      
     


Terkait