Risalah Redaksi

Pancasila Pilihan Pasti Bagi NU

Sabtu, 1 Juli 2006 | 04:04 WIB

Kapan pun NU selalu menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar dan ideologi Negara. Hal itu tidak lain karena sejak awal berdirinya republik ini NU telah sepakat menerima Pancasila sebagai ideologi Negara. Dan Pancasila merupakan kesepakatan terbaik yang pernah dibuat bangsa ini, sebab Pancasila tidak hanya memuat nilai-nilai agama secara substantif, tetapi juga merupakan ekspresi yang dalam dari budaya Nusantara.

Dari segi proses perumusannya, Pancasila sangat cocok dengan tradisi pemikiran yang berkembang di NU, yang mempertemukan agama dengan realitas empirik, sebagai upaya menghormati tradisi dan budaya yang sudah ada. NU tidak ingin agama dan sistem ketatanegaraan yang dibangun lepas dari nilai agama dan tercerabut dari akar kultural. Adanya kesamaan metode serta filosofi itulah NU menetapkan Pancasila sebagai pilihan terbaik. Bukan terpaksa memilih atau pilihan buruk.

<>

Berbeda dengan beberapa kelompok yang muncul belakangan ini, banyak orang dan kelompok yang dulunya tidak pernah menyebut kata Pancasila, bahkan anti terhadap wawasan kebangsaan. Mereka kelompok liberal yang hanya mengenal Declaration of Independence, atau Universal Declaration of Human Right, tetapi tiba-tiba menegaskan pilihannya terhadap Pancasila. Bagi mereka ini, Pancasila bukan pilihan terbaik, melainkan pilihan buruk di antara pilihan terburuk lainnya.

Bagi kelompok itu Pancasila bukan sesuatu yang berharga, tetapi akibat desakan untuk penegasan syariat Islam belakangan ini, baik di level lokal maupun nasional yang begitu marak. Mereka yang mengidap Islamofobia itu segera bereaksi dengan serta merta mengajak kembali mengunakan Pancasila sebagai landasan hidup bersama. Dengan demikian posisi dan kepentingan mereka relatif terlindungi oleh Pancasila yang pluralistik. Jadi pilihan mereka pada Pancasila didasarkan pada prinsip akhafu dloruraini (pilihan di antara dua marabahaya yang lebih ringan). Bagi mereka Pancasila lebih kurang bahaya dibanding syariat Islam, maka mereka memilih Pancasila sebagai bahaya kecil yang bisa diatasi dengan cara memanipulasi atau mengamandemen di kemudian hari.

Pancasila dan NKRI bukan pilihan sebenarnya, melainkan hanya pilihan taktis, sebab bagaimanapun Pancasila memiliki prinsip yang bisa menghambat selera liberal mereka. Bagaimanapun Pancasila tidak sesuai dengan Undang-Undang yang telah mereka amandir. Maka ketika mereka menegaskan pancasila, maka Pancasila juga akan mereka amandir dan dimodulir agar sesuai dengan UUD yang sudah sangat liberal. Bagaimanapun Pancasila masih mengangkat sistem permusyawaratan dan menjujunjung keadilan, sebauh prinsip yang tidak mereka maui.

Berbeda dengan kelompok NU, ketika Pancasila digunakan Orde Baru untuk menstigma kelompok lain, tanpa ragu-ragu NU malah menegaskan Pancasila sebagai landasan kehidupan bersama yang harus diberi muatan kemanusiaan dan keadilan. Karena itu ketika proses desintegrasi bangsa ini kembali mengancam, maka NU juga menegaskan kembali kesetiaannya pada Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bukan karena takut pada kelompok Islamis atau risau terhadap kelompok liberal, melainkan sebagai sebuah Pilihan Pasti, mengingat kebaikan substansinya.

Pancasila merupakan jalan tengah antara liberalisme, komunisme dan Islamisme, sebagaimana yang terjadi dan disepakati pada awal perumusannya. Ketika jalan tengah itu kembali dibelokkan oleh kelompok Islamis yang menghendaki ditegakkannya Negara Islam. Dan juga tarikan kelompok sekuler yang ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara liberal, dengan mangamandemen konstitusi habis-habisan, maka NU kembali meluruskan, menegakkan kembali dan menegaskan kembali komitmennya pada Pancasila dan UUD 1945, agar tidak terus dibelokkan.

Penegasan iu tidak hanya dari pengurus Tanfidziyah, tetapi juga dari jajaran Syuriyah, sebagaimana ditegaskan oleh KH Ma’ruf Amin bahwa kalau NU dihadapkan pada pilihan Negara Islam atau Pancasila, maka NU dengan tegas akan menghatakan tetap meilih Pancasila sebagai dasar Negara. Dengan alasan Pancasila merupakan pemikiran terbaik bangsa ini dan merupakan kesepakatan terbaik  dari bangsa ini, maka keberadaannya harus dipertahankan untuk mewadahi keanekaragaman yang ada. Hal sanma juga ditegaskan oleh KH Hasyim Muzadi dihadapan para Pengurus PBNU dan wilayah.

Sangat jelas antara NU dengan kelompok lain dalam menyikapi Pancasila. Bagi NU Pancasila memang sebuah pilihan filosofis bahkan menjadi pilihan ideologi. Tetapi kelompok lain baik dari kalangan komunis, Islamis dan liberalis, Pancasila hanya pilihan taktis, karena itu setiap saat akan diganti dengan landasan baru sesuai dengan aspirasi politik mereka. Karena itu tuntutan pada liberalisme, Islamisme dan mungkin komunisme kembali muncul. Sementara NU tetap tegar pada pilihannya, bahwa NKRI yang berdasarkan Pancasila itu merupakan bentuk final. Tinggal mewujudkan komitmen itu dalam kehidupan sehari-hari.

(Abdul Mu


Terkait