Di kalangan pesantren, ia terkenal sebagai dai dan guru yang aktif berdakwah. Kiai Asnawi juga memiliki pesantren dan memiliki beberapa karya yang di antaranya populer di berbagai pondok pesantren, khususnya di Jawa.
Sebut saja salah satunya kitab Fasalatan, sebuah kitab yang berisi tuntunan ibadah shalat untuk pemula. Beberapa kitab karyanya yang lain adalah: Al-Qira’ah Al-‘Asyriyah, kitab tentang doa untuk pernikahan yang dikemas dalam bentuk puisi, Kitab Mu’taqad Seked yang berisi tentang prinsip-prinsip Aqidah Asy’ariyyah, Kitab Syareat Islam yang dari judulnya saja sudah terlihat bahwa kitab yang ditulis dalam bahasa Arab ini membahas tentang Fiqih, dan Kitab Terjemah Jurumiyyah.
Kiai Asnawi memiliki caranya tersendiri dalam hal nasionalisme. Seperti terlihat dari sikapnya yang non-kooperatif dengan belanda sebelum tahun 1940-an. Dan juga sikap yang sama terhadap Jepang pada tahun 1940-an. Dia populer sebagai seorang yang senantiasa membekali santrinya dengan doa jihad berupa amalan yang terdiri dari membaca Surat Al-Fil dalam melawan penjajah serta Shalawat Nariyah yang ditulis oleh Imam At-Tazi. Sampai sekarang pun amalan ini masih dipraktikkan oleh para kiai di Malang.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pembacaan surah Al-Fil oleh para ulama dilakukan dengan cara membaca berulang sebanyak 11 (sebelas) kali pada ayat yang berbunyi: “tarmihim bi hijaratin min Sijjil” tepatnya pada kata ‘tarmihim’. Hal itu dilakukan sembari mengangkat tangan layaknya melempar batu atau kerikil sebanyak pengulangan kata tersebut.
Kiai Asnawi juga menggubah sebuah doa populer untuk mendoakan Indonesia. Doa ini masih biasa dilantunkan di Masjid Menara pada pembukaan pengajian rutin bulanan. Adapun Naskah bacaan doa tersebut beserta artinya adalah sebagai berikut:
Artinya:
Ya Tuhan kami, semoga shalawat dan salam tercurah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad, dengan segala kemualiaan.
Juga kepada seluruh para nabi dan utusan yang lain yang senantiasa mulia pula.
Ya Tuhan kami, sinarilah hati kami dengan cahaya Al-Qur’an. Berikanlah kepada kami kepahaman dalam mempelajari atau membacanya secara tartil.
Berkahilah kami dan mereka yang membaca Al-Qur’an dengan hikmah para nabi.
Jadikan keimanan kami lebih kuat dan sempurna baik di dunia maupun di akhirat.
Berilah keamanan, berilah keamanan, berilah keamanan, berilah keamanan, bagi Indonesia raya dengan keamanan yang sesungguhnya.
Aman, aman, aman, aman Indonesia Raya aman.
Kabulkanlah doa kami, kabulkanlah doa kami, kabulkanlah doa kami wahai Dzat Tuhan seru sekalian alam dan wahai Dzat yang maha mengabulkan segala orang yang berdoa.
R. Ahmad Nur Kholis, Kontributor NU Online Disarikan dari buku: Abdurrahman Mas’ud. (2004). Intelektual Pesantren. Yogyakarta: LKIS