Tokoh

Pesan Cinta KH Ali Maksum untuk NU

Kamis, 21 September 2017 | 09:00 WIB

Pesan Cinta KH Ali Maksum untuk NU

KH Ali Maksum.

Diawali dari ketidak sengajaan bertemu kembali dengan karya KH Ali Maksum, dengan judul “Ajakan Suci”. Inisiatif menulis pesan cinta dari beliau untuk Nahdlatul Ulama (NU) pun muncul seketika. Karena banyak hal menarik yang harus diketahui oleh warga NU. “Mungkin” buku ini tidak mudah untuk ditemukan. Dengan itu, saya mencoba menarasikan pemikiran-pemikiran beliau, khususnya ungkapan/pesan cinta beliau terhadap NU.

KH Ali Maksum lahir pada tanggal 2 Maret 1915 di desa Soditan Lasem, Rembang. Beliau putra pertama dari KH Maksum bin KH Ahmad Abdul Karim dengan Ny. Hj. Nuriyah binti KH Muhammad Zein Lasem. Seperti sama-sama kita ketahui, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Dan salah satu maestro yang menjadikan Pesantren Al-Munawwir hidup kembali setelah peninggalan KH Munawwir. Selain itu, KH Ali Maksum adalah Rais Aam Syuriah PBNU periode 1980-1984. Ada beberapapesan cinta beliau dalam buku tersebut;

Pertama, beliau mengingatkan kepada kita semua, bahwa sebagai warga NU kita harus belajar dari sejarah kejayaan NU. Kata beliau, kejayaan NU bukanlah hal mustahil untuk kita capai, asalkan kita mau belajar dari perjalanan NU (pasang surut NU, asam garam NU) semenjak NU lahir sampai pada saat ini. Beliau menggambarkan tahun 1967-1969 adalah pamor luar biasa bagi NU. Namun, 1970-1982 adalah kondisi yang tidak menentu, karena ada kesalahpahaman dengan pemerintah, sehingga saling curiga itu muncul, dan NU tidak bisa mengikuti pola pembangunan Nasional.

Namun, diplomasi dan ikhtiar PBNU terus digalangkan agar NU ikut andil membangun Indonesia. Dan di sini, beliau sangat berharap bahwa usaha itu tidak sia-sia dan kedepannya NU akan menjadi idola segalanya, dan kebanggaan bangsa, ini adalah keharusan sejarah. Angin segar itu muncul pada muktamar semarang tahun 1979, hasil dari muktamar tersebut sesuai dengan cita-cita pembangunan nasional. Namun, dalam praksisnya “mlempem”, seoalah-olah NU masa bodoh dengan pembangunan bangsa ini.

Beliau menyadari hal ini, tidak bisa dipungkiri kata beliau, setiap momen pembangunan selalu ada kejutan dari kultur masyarakat yang berkembang, susah ditebak. Menurut beliau, berorganisasi pada masa sekarang memang harus tabah dengan kebesaran jiwa. Yang penting, laku organisasi terus mengalirkan kemanfaatan, dan itu bisa dilakukan oleh NU. 

Sikap NU mengakui Pancasila dan UUD 45 dalam pasal 3 anggaran dasar merupakan sebuah bentuk perwujudan nasionalisme NU. Pesan cinta beliau dalam hal ini adalah warga NU dan seluruh generasi penerus NU harus terus menerus konsisten merawat bangsa Indonesia, memagari pancasila tetap sebagai falsafah dan dasar negara. Selain itu, tetap konsisten mengibarkan paham Ahlussunah wal jama’ah sebagai benteng pertahanan dari pemahaman-pemahaman radikal/ekstrem.

Kedua, dalam buku tersebut KH Ali Maksum menjelaskan ada 5 bekal perjuangan yang harus dimiliki oleh seluruh warga NU; (1) ats-Tsiqatu bi Nahdlatil Ulama, setiap warga NU harus mempercayai NU sebagai tuntunan hidup yang sesuai. Tidak semerta-merta timbul secara sikap batin semata, melainkan realisasi yang bersifat lahir pula, (2) al-Ma’rifat wal Istiqan bi NU, warga NU harus memahami NU secara keseluruhan, NU adalah ilmu, NU harus dipelajari, tidak hanya berproses secara alamiah. Agar keyakinan itu tumbuh secara sungguh-sungguh. (3) al-amalu bi Ta’limi NU, warga NU harus mengamalkan ajaran dan tuntunan NU. 

Tuntunan NU adalah tuntunan Islam yang berlandaskan al-Quran dan Hadits, yang dinarasikan menurut bimbingan madzhab. Tidak melulu menuruti akal yang kadang dominan terhadap nafsu. Namun, peran akal mempunyai porsi seluas-luasnya tapi dengan bimbingan yang tertib dan sempurna.

Sedangkan yang ke (4) al-Jihadu fi Sabili NU, artinya memperjuangkan NU agar tetap jaya dan berkembang pesat, dengan bimbingan dan restu para ulama, dan (5) ash-Shabru fi Sabili NU, sabar dalam ber-NU, baik sabar dalam melakukan tugas, dan sabar dari bujuk rayu yang tidak senada dengan ajaran-ajaran NU serta bujuk rayu duniawi.

Ketiga, pesan cinta KH Ali Maksum ini mengharapkan agar NU menyebarkan kemaslahatan dunia, beliau mengonsepkan hal tersebut dengan mengutip kitab Adabud Dunya wad Din, oleh Imam al-Mawardi, yang menyebutkan ada 6 hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kemaslahatan dunia, (1) agama yang dianut (mempunyai agama), (2) penguasa kokoh dan berwibawa, (3) keadilan yang merata, (4) keamanan semesta, (5) kemakmuran sandang pangan, dan (6) pengharapan masa depan yang jauh atau wawasan dan cita-cita ke depan. Beliau mengatakan semua ini harus dikemas dengan sikap Aswaja yang tidak memisah-misahkan iman, islam, dan ihsan, dengan kata lain antara keyakinan, pelaksanaan, dan peningkatan kualitas menjadi satu kesatuan. 

Keempat, dalam pesan cinta ini, KH Ali Maksum berharap bahwa NU harus terus membangun citra dirinya, dengan konsisten pada jalur perjuangan bangsa dan agama. NU harus banyak belajar dari sejarah hidupnya, NU dalam kondisi dan posisi apapun atau segenting apapun, NU harus lebih dewasa, arif dan bijaksana, dan beliau juga berpesan, jangan lupakan satu hal, sebuah organisasi adalah estafet dari generasi ke generasi. Maka dari itu NU harus memikirkan masalah regenerasi, agar kualitas-kualitas generasi NU selanjutnya, sekarang atau di masa yang akan datang terjaga dan mampu membawa NU pada kejayaan yang manfaat.

Kelima, KH Ali Maksum meyakini bahwa jati diri NU tidak bisa digoyahkan, NU kokoh dan tangguh. Beliau gambarkan seperti ini, kepribadian NU meliputi akidah, prinsip perjuangan, sistem dan pengaturan organisasi. Tidak bisa dielakkan, setiap organisasi apapun, tidak terkecuali NU di dalam tubuh organisasinya pernah terjadi konflik dan riak-riak perpecahan sebagai akibat hentakan situasi dan cekaman-cekaman keadaan, tetapi yang demikian itu tidak dapat bertahan lama. Ia segera hancur dengan sendirinya.

Hal ini berkat ketabahan kita dalam Ngrungkebi (memegang serius) prinsip-prinsip yang murni berkaitan dengan keimanan dan tawakal kita kepada Allah. NU merupakan wadah perjuangan bagi ulama untuk mengabdi kepada Islam wal Muslimin dan mengabdi kepada bangsa/negara.

Dalam ikatan terbatas ini, sebenarnya tidak cukup untuk menjabarkan secara keseluruhan pesan cinta KH Ali Maksum kepada NU, apalagi pemikiran-pemikiran beliau untuk kejayaan NU. Namun, kelima poin yang disampaikan di atas sudah merupakan inti atau gambaran besar dari kecintaan beliau terhadap NU (khususnya inspirasi buat kita). 

Dan jika pesan-pesan cinta beliau diamalkan oleh warga NU, tentu dan sudah pasti wewangi NU akan terus menjalar tanpa terputus, dan kejayaan NU yang dicita-citakan beliau akan benar-benar terwujud secara sempurna.Bagi beliau, kejayaan NU merupakan sebuah kewajiban sejarah. Terkahir saya katakan, “Sosok beliau patut untuk diteladani.”

Aswab Mahasin, Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Darussa’adah Kebumen, Jawa Tengah.


Terkait