Sastrawan dan budayawan, WS Rendra, mengatakan, Aceh merupakan pelopor bahasa Melayu baru yang diperkenalkan Hamzah Fansyuri, ahli tasawuf pertama yang menggunakan bahasa Melayu dalam sastra.
"Dari Aceh inilah banyak orang tekun berusaha menerjemahkan bahasa-bahasa dari Arab, India, Parsi sehingga semakin matang menjadi sastra yang tinggi. Hal itu pertama kali terjadi pada masa Hamzah Fansyuri," katanya di Banda Aceh, Jumat (22/8).<>
Hal itu disampaikan pada seminar revitalisasi peradaban Melayu dalam kekinian yang digelar dalam rangka pertemuan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) yang diikuti 13 negara anggota dan 18 provinsi selama sepekan di Banda Aceh.
Hamzah Fansyuri adalah ahli tasawuf dan sastrawan asal Singkil, Aceh pada abad 16, ia merupakan tokoh penting dalam kerajaan Aceh. Ia memanfaatkan bahasa Melayu sebagai media penulisan sastra.
Salah satu sajaknya yang terkenal adalah Syair Perahu yang mengibaratkan tubuh manusia sebagai perahu dalam samudera kehidupan, kata WS Rendra yang biasa disapa mas Willy itu.
Rendra menyebutkan, sejak dulu bahasa Melayu menjadi bahasa Asia Tenggara namun sifatnya masih praktis untuk perdagangan.
Orang Melayu banyak menggunakan kosakata dari Tamil, Urdu, Parsi dan Arab.
Setelah agama Islam mulai menyebar, terbitlah keinginan untuk menafsirkan buku dan kitab Islam yang banyak berasal dari Asia Barat. Karena itulah muncul bahasa Melayu baru untuk berdiskusi tentang Islam.
Menurut dia, Hamzah Fansyuri adalah seorang tokoh penting yang mengangkat harkat dan martabat bahasa Melayu menjadi bahasa sastra dan bahasa ilmu, jauh sebelum kemunculan Raja Ali haji di Riau. (ant/dar)