Warta

Ahmad Dhani Sarankan NU Patenkan Kata Jihad

Ahad, 20 November 2011 | 23:56 WIB

Surabaya, NU Online

Kirab Resolusi Jihad yang diberangkatkan dari Surabaya menuju Jakarta menarik perhatian Ahmad Dhani. Dhani pun melontarkan usul yang cukup kontroversial. Musisi pengagum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menyarankan keluarga besar NU mendaftarkan kata "Jihad" sebagai Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI).

"Agar kata "Jihad" tidak disalahartikan oleh sekelompok orang yang perbuatannya mengarah ke aksi terorisme," kata Dhani saat mengikuti prosesi pemberangkatan barisan Kirab Resolusi Jihad di Kantor PCNU Surabaya, Ahad (20/11).<>

Kata "Jihad" menurut Dhani pertama kali dikenalkan oleh pendiri NU KH Hasyim Asyari. Menurutnya, fakta sejarah itu harus dipatenkan. 

"Ini sejarah. Saya usul ke Cak Imin (Muhaimin Iskandar, Ketua Panitia Pengarah Nasional Kirab Resolusi Jihad) mendaftarkan kata "Jihad" ke HaKI agar tidak ada yang menggunakan selain NU," kata Dhani kepada wartawan.

Dengan didaftarnya ke HaKI, Dhani menilai bakal tidak ada orang yang mengatakan "Jihad" dan disalahartikan makna "Jihad" itu oleh orang-orang yang perbuatannyamengarah ke terorisme yang berdalih perbuatannya adalah Jihad.

"Ya. Maka dari itu, orang yang pertama kali menggunakan kata Jihad adalah KH Hasyim Asy'ari. Sejarah yang kita tahu," tutur alumnus SMAN 2 Surabaya ini.

Ia menceritakan, meskipun dari kecil mulai taman kanak-kanak (TK) hingga mengenyam pendidikan SMA di Kota Surabaya, Dhani tidak tahu bahwa Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan.

"Kenapa saya baru tahu setelah lulus SMA. Setelah saya besar, saya tahu banyak sekali pahlawan asal Surabaya," tuturnya seperti dilansir detik.com.

Tidak hanya peristiwa saja yang menjadikan Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Tapi banyak orang-orang besar negeri ini yang lahir dari Surabaya seperti Bung Karno. "Banyak orang-orang besar seperti Bung Karno. Saya sangat bangga sekali dan selalu menjadikan catatan penting sejarah saya," katanya.

Kegigihan dan heroik para kyai, ulama dan pejuang yang melawan penjajah di Surabaya hingga terkenal peristiwa 10 November 1945, katanya juga membuat karakter dirinya. "Saya bangga menjadi arek Suroboyo," terangnya sembari memuji peran kiai dan ulama dalam perjuangan mengusir penjajah di masa lampau itu.



Redaktur: Syaifullah Amin


Terkait