Warta

Ahmadinejad Janji Hadir pada Forum Ulama Se-Dunia yang Digelar PBNU

Jumat, 18 Juli 2008 | 10:28 WIB

Jakarta, NU Online
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berjanji akan hadir pada sidang International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Hotel Borobudur, Jakarta pada 29 Juli hingga 1 Agustus mendatang.

Namun demikian, apabila nantinya berhalangan, orang nomor satu di negeri Persia yang kini berseteru dengan Presiden Amerika Serikat George W. Bush itu, berjanji akan mengirim utusan khusus untuk membacakan pidatonya pada pembukaan ICIS III.<>

Demikian diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana ICIS III, Masykuri Abdillah, didampingi Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi, dalam jumpa pers di Rumah Makan Raden Kuring, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Jumat (18/7).

“Presiden Iran siap hadir. Kalau pun tidak datang, karena masalah dalam negeri (Iran), beliau akan mengirim utusan khusus untuk membacakan pidatonya,” jelas Masykuri.

Selain Ahmadinejad, direncanakan hadir pula Perdana Menteri Malaysia yang juga Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI), Abdullah Ahmad Badawi.

Ulama kharismatik asal Suriah, Wahbah Zuhaily, dipastikan hadir pada forum ulama dan cendekiawan muslim se-dunia bentukan PBNU itu. Ia bersama 33 pemikir muslim lainnya dari 48 negara akan menyampaikan pandangan tentang upaya Menyemaikan Islam Rahmatan lil Alamin: Perdamaian dan Pencegahan Konflik di Dunia Islam.

Hasyim mengatakan, dalam sidang ICIS yang digelar untuk ketiga kalinya itu, akan dibahas upaya mengungkap ‘akar’ masalah sejumlah konflik di dunia Islam saat ini. “Misalnya, konflik di Darfur (Sudan), Irak, Iran, Afganistan, Thailand, Filipina, Palestina, Libanon, dan lain-lain,” terangnya.

Pengungkapan secara obyektif terhadap akar masalah itu, katanya, diharapkan dapat menjadi dasar bagi usaha membantu menyelesaikan konflik. “Paling tidak, dari orang-orang yang ahli dan memahami secara obyektif, kita memiliki dokumen penting atas konflik tersebut,” pungkasnya.

Sebab, menurut Hasyim, selama ini, konflik-konflik di dunia Islam tidak dipandang sesuai kenyataan. Akibatnya, usaha menghentikan semua pertikaian, baik yang bersifat internal atau faktor eksternal, tidak selamanya berhasil. Bahkan, cenderung membuat masalah baru.

“(dalam sidang ICIS) kita sediakan satu pembicara untuk satu kasus (konflik). Dari sini diharapkan muncul rumusan-rumusan atau model-model rekonsiliasi konflik, baik konflik yang bersifat internal atau yang melibatkan pihak luar,” terang Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace. (rif)


Terkait