Denpasar, NU Online
Keberhasilan program keluarga berencana (KB) banyak dipengaruhi oleh sikap dan pandangan hidup masyarakat yang terbentuk dari ajaran serta nilai-nilai agama.
"Pengalaman Indonesia dalam menggerakkan program KB itu, sejak awal telah melibatkan peran ulama dan tokoh-tokoh masyarakat," kata Menteri Agama Maftuh Basyuni di Sanur, Bali, Selasa.
<>Dalam acara "International Conference of Muslim Leaders to Support Population and Development to Achieve the Millennium Development Goals," Maftuh Basyuni mengemukakan, pengalaman KB di Indonesia barangkali bisa menjadi model bagi negara-negara lain.
Ulama dan tokoh masyarakat tidak hanya berpartisipasi dalam pemasyarakatan program tersebut melalui bahasa agama kepada umat, melainkan juga memiliki kontribusi pemikiran dan peranan yang besar dalam merintis dan mengembangkannya.
"Program KB pada dasarnya mempunyai tujuan yang mulia yaitu terciptanya keluarga bahagia. Karena keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang juga wadah pembentuk dan dasar dari kepribadian manusia," ujarnya.
Menteri Agama mengatakan, setelah hampir empat dasawarsa sejak dicanangkan program KB, maka peran ulama dan tokoh agama perlu direaktualisasi agar sprit, nilai dan norma yang melandasi kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB.
Dikatakan, selain masalah kependudukan umat Islam dewasa ini juga menghadapi bahaya sekularisasi baik dalam bidang politik, pendidikan, hukum, sosial dan budaya.
Dalam konteks masyarakat Barat, sekularisasi dipandang sebagai suatu keseinambungan dari kemajuan sosial dan sejarah masyarakat itu sendiri dan dilukiskan sebagai capaian tertinggi dari budaya Barat.
"Sedangkan dalam Islam, seluruh aspek kehidupan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari agama," ucap Maftuh Basyuni.
Maftuh Basyuni menambahkan sekularisasi berasal dari peradaban Barat bergerak begitu cepat menyebar dan dikembangkan ke negara-negara Islam melalui berbagai strategi.
"Proses itu telah mentransformasi atau memberi corak tertentu dalam pengaruh terhadap beberapa aspek fundamental dan tradisi keagamaan dalam kehiduapan umat Muslim di berbagai negara," ungkapnya.
Kegiatan konferensi yang berlangsung selama dua hari (14-15 Pebruari) itu dihadiri oleh tokoh agama dari 17 negara antara lain yakni Bangladesh, Malaysia, Iran, Indonesia, Turki, Jordan dan lainnya. Acara ini terselenggara atas kerjasama antara BKKBN, ICIS-NU dan UNFPA. (ant/mad)