Jakarta, NU Online
Aktivis NU di Ambon Mukmin Refra meminta jajaran TNI dan Polri melakukan evaluasi. “Kami tidak mengerti, mengapa keributan kecil begitu tewas delapan orang ditembak?” kata Mukmin Refra.
Dia mengungkapkan hal itu pada diskusi terbatas di kantor redaksi NU Online, Gedung PBNU, lantai 5, kemarin sore (14/9). Pada kesempatan itu hadir juga Ketua Lakpesdam NU Ambon Hilda Rolobessy dan MS Wai dari Pengurus Pusat Lakpesdam NU.
<>
Mukmin mengatakan keributan warga seperti yang terjadi Ahad lalu tidak bisa dijadikan alasan untuk menembak orang. “Itu keributan terbatas. Intelejen di Ambon yang berlapis itu bikin apa? Siapa yang menembak? Banyak orang mati itu karena peluru aparat kan? Kapan perintah penembakan?”
Dalam kesempatan itu juga dia menjelaskan bahwa orang maluku, baik Islam dan Kristen, memiliki sifat kekeluargaan yang sangat tinggi. “Ada Rolobessy Islam, ada Rolobessy Kristen. Ada Refra Muslim ada Refra Kristen. Kita orang neneknya sama,” kata Mukmin Refra, yang juga mantan aktivis PMII tahun 1990-an.
Masyarakat, kata Mukmin sudah punya ketahanan kuat, tapi kekuatan itu akan pudar jika tidak dibentengi.
Sementara itu Ketua Lakpesdam NU Kota Ambon Hilda Rolobessy menjelaskan dengan terlokalisirnya keributan tempo hari itu mengisyaratkan, sebagian besar masyarakat sudah pandai berpikir tentang konflik, sehingga tidak mudah terprovokasi. “Saya sendiri ketika keributan terjadi sedang ada di daerah Kristen, jalan Yaan Pais, tapi tidak ada konsentrasi massa, dari pusat keributan hanya satu kilometer,” ungkapnya.
Dia mengatakan, tokoh agama baik Islam dan Kristen melakukan konsolidasi dengan cepat, melakukan himbauan untuk tidak terprovokasi.
“Dulu kita mati terprovokasi, sekarang boleh mati, tapi untuk menjaga perdamaian. Mari orang-orang Ambon satu hati satu jantung. Damailah Ambon Manise,” begitu Hilda menceritakan SMS-SMS positif yang menyerukan perdamaian.
Dijelaskan Hilda, masyarakat bergerak dengan cepat, memberikan himbauan di masjid-masjid, pendeta Kristen juga melakukan komunikasi pada jemaatnya agar tidak terprovokasi.
“SMS dan pengumuman di masjid-masjid Sangat membantu untuk konsolidasi perdamaian. Alhamdulillah bisa mengalahkan SMS-SMS provokatif yang memecah belah,” tambahnya.
Penulis: Hamzah Sahal