Al-Quran Tulisan Tangan, Gunakan Tinta Cina dan Kertas Belanda
Kamis, 4 September 2008 | 21:33 WIB
Bulan Ramadhan kewajiban bagi Wazim mengeluarkan Al-Quran tulisan tangan peninggalan keluarganya. Kitab suci setebal 10 sentimeter, berat 4,68 kilogram tersebut dia bersihkan lantas dibaca lagi lembar demi lembar.
Tidak setiap saat keluarganya mau membuka karena takut cepat rusak. Beberapa bagian sudah mulai terlihat sobek bahkan kulit pembungkusnya tampak mengelupas dan kusam.<>
''Tahun berapa pembuatannya dan siapa yang mengerjakan tidak begitu jelas. Yang pasti, ini peninggalan bapak saya,'' ujar laki-laki berusia 50 tahun yang bertempat tinggal di Pengasih, Kulonprogo itu, Kamis (4/9).
Sejak kecil, dia sudah sering melihat dan belajar mengaji menggunakan Al-Quran tersebut. Bapaknya, Jalal, sejak kecil juga mengaji dari sana. Padahal, umurnya sekarang 75 tahun. Dia sendiri memperolehnya dari kakek. Bisa dihitung kira-kira berapa ratus tahun umur kitab itu kalau sang kakek juga mendapatkan dari kakek sebelumnya.
Kabarnya si penulis bernama Jayaniman, entah nama sebenarnya atau hanya sebutan. Dia pintar mengaji dan menyebarkan agama Islam di daerah setempat. Karena waktu itu untuk memperoleh Al-Quran sangat sulit, dia kemudian mencoba membuat sendiri dengan tulisan tangan. Seluruh keluarga menggunakannya turun temurun hingga kini.
''Kalau tintanya kemungkinan menggunakan tinta Cina, sedangkan kertasnya jelas dari Eropa atau Belanda karena ada lambang singa memegang pedang di dalam lingkaran bermahkota,'' papar Wazim.
Orang pintar
Memang di setiap lembar kertas terlihat lambang tersebut. Mirip lukisan air pada selembar mata uang karena hanya terlihat dengan menerawangkannya. Tampak gambar singa memegang pedang di dalam lingkaran yang bagian atas ada mahkota dengan tulisan yang terbaca, ''Libertate''. Di setiap lembar terdapat lambang itu. Bagian depan juga terlihat tulisan air, Wed Locke & Z.
''Kualitas kertas bagus, tebal dan tidak mblobor terkena tinta meski tersimpan ratusan tahun lamanya. Hanya pada bagian tertentu ada hiasan ornamen bunga, sulur tanaman serta titik tanda baca agak mblobor menggunakan pewarna getah,'' imbuh Wazim menunjukkan lembaran yang ada lukisan hiasan.
Meskipun tidak mengetahui secara pasti penulisnya namun selama ini keluarga meyakini seseorang bernama Jayaniman pembuatnya. Selain seorang tokoh agama, kemungkinan dia juga orang terpandang karena bisa mendapatkan kertas impor berkualitas. Tidak semua orang waktu itu dapat memperoleh kertas dan tinta.
Al-Quran itu pernah tampil dalam pameran di Jogja Expo Center (JEC) dan hampir ada peminat yang mau membeli. Namun Wazim malah terus pulang karena takut kitab peninggalan leluhur beralih tangan. Pihak keluarga belum berniat menjual kendati ada pemikiran ke arah itu. ''Sejauh ini kok belum berminat menjual tapi enggak tahu kalau nanti-nanti. Masih eman-eman je...,'' kata guru di sebuah SMP tersebut. (sm)