Jakarta, NU Online
Wajah-wajah ceria tampak mengiringi keberangkatan 11 orang calon mahasiswa yang dikirim oleh PBNU ke Syiria. Wajar mereka bergembira karena keberangkatan mereka sempat tertunda sejak dua minggu lalu. Alhamdulillah, hari ini mereka diberangkatkan dengan menggunakan pesawat Al Ittihad menuju Damaskus Syiria.
Bersamaan dengan kunjungan Bush ke Indonesia 20 November lalu, rombongan tersebut rencananya akan berangkat, bahkan mereka sudah sampai di bandara Soekarno Hatta. Namun menjelang check in, fihak kedutaan Syiria di Indonesia menyarankan agar keberangkatan mereka ditunda daripada nantinya dideportasi karena dokumen yang dibawa kurang lengkap.
<>Berbeda dengan negara lain yang hanya mensyaratkan visa untuk mengunjungi negara tersebut, Syiria memberlakukan persyaratan yang ketat terkait dengan persoalan keamanan dalam negeri. Calon mahasiswa harus mampu menunjukkan bahwa dirinya akan belajar, bukan untuk tujuan lainnya. Untuk itu, diperlukan surat dari fihak universitas yang dituju. Faktor inilah yang menyebabkan keberangkatan tertunda.
Tahun sebelumnya banyak calon mahasiswa yang dipulangkan kembali ke Indonesia sesampai di Damaskus karena mereka tak mampu menujukkan surat rekomendasi tersebut. Untuk menghindari terulangnya kasus yang sama, PBNU bekerjasama dengan Kedutaan Syria di Indonesia, KBRI Syiria, PCI NU Syiria berusaha semaksimal mungkin agar mereka bisa berangkat.
Selama masa menunggu di Jakarta, para calon mahasiswa tersebut diinapkan dirumah KH Hasyim Muzadi di Depok. “Kita sepakat untuk berangkat bareng atau tak berangkat semuanya,” tandas Muhammad Yusron Sidqi kepada NU Online beberapa waktu lalu.
Meskipun merasa kecewa, Yusron berujar bahwa ini merupakan bagian dari perjuangan untuk bisa belajar ke Syiria. Penundaan tersebut tak membuat mereka patah arang karena masing-masing sudah mengeluarkan uang untuk tiket sekitar 600 dolar Amerika.
“Kita bahkan sudah membeli tiket return untuk mengantisipasi kejadian yang tidak kita inginkan disana. Kalau semuanya lancar ya nanti bisa dicarikan lagi,” tuturnya.
HM Dawam Sukardi dari Biro Kerjasama Beasiswa Timur Tengah mengungkapkan bahwa sebenarnya perkuliahan di berbagai universitas di Timur Tengah sudah dimulai sekitar bulan Syawal atau setelah Idul Fitri. “Tapi tak masalah buat mahasiswa dari luar negeri karena kasus keterlambatan seperti ini sudah biasa di Timur Tengah dan mereka belum dihitung absennya.
Para kader muda NU cukup berminat untuk belajar di Syiria. “Pendidikan disana dianggap cukup berkualitas, bahkan yang berangkat kali ini sebagian besar adalah anaknya kyai,” tutur Dawam.
Untuk tahun ajaran kali ini, PBNU telah mengirimkan mahasiswa ke Sudan dan Libya. Rombongan ke Syiria kali ini merupakan rombongan terakhir, Bagi mereka yang berminat untuk mendapatkan beasiswa ke Timur Tengah untuk tahun ajaran 2007/2008 dapat menghubungi sekretariat Biro Kerjasama Beasiswa Timur Tengah di Gd. PBNU Lt 2. Jl Kramat Raya 164 Jakarta Pusat atau HM Dawam Sukardi dengan kontak 08561023524. (mkf)