Warta

Banser, Garda Terdepan dan Benteng Alim Ulama

Sabtu, 10 April 2010 | 23:09 WIB

Tegal, NU Online
Banser Ansor diharapkan jadi garda terdepan dan benteng bagi alim ulama. Apalagi, ditengah tantangan yang secara nyata telah mengusik alim ulama dalam menjalankan dakwahnya.

“Perebutan Masjid dan Mushola NU oleh kelompok Islam transnasional, Banser jangan tinggal diam,” ajak Komandan Banser Nasional PP Ansor H Tatang Hidayat saat menjadi inspektur upacara pada Apel Akbar Banser se-eks karesidenan Pekalongan di Gedung NU Kabupaten Tegal Jalan Raya Procot Slawi, Jumat (9/4).<>

Menurut Tatang, buat apa Banser dengan pakaian yang ‘mentereng’ kalau hanya sekadar untuk gagah-gagahan. “Dengan kekuatan yang dimiliki Banser, harus punya nilai kebermanfaatan,” tegasnya.

Banser itu, lanjutnya, memiliki fungsi utama sebagai organisasi kader, dinamisator dan stabilisator. Dalam artian, sebagai kader, saat rekrutmen anggota Banser tidak asal-asalan. Harus melalui Diklatsar. Sehingga mengerti dasar-dasar perwatakan yang selaras dengan misi dan visi NU.

Sebagai dinamisator, Banser harus tetap bergerak dinamis untuk mengamankan para ulama. Dinamisasi Banser, akan meneguhkan cintanya pada para ulama. Sehingga boleh dikata Banser itu sebagai Pagar penguatnya NU.

Dan Stabilisator, Banser tidak hanya berfungsi untuk keluarga besar NU saja tapi untuk kemaslahatan umat dan ketahanan Negara. “Ketika pemerintah membutuhkan tenaganya, Banser siapa siaga untuk membantunya,” terang Tatang.

Tatang juga mengingatkan, dalam warna politik, Banser tidak boleh terkooptasi pada salah satu warna saja. “Haram hukumnya kalau Banser di satu warna saja,” tegasnya.

Menurutnya, dunia ini berwarna-warni. Untuk itu, banser harus mengabdikan politiknya pada beraneka warna. Banser menjunjung tinggi pada pengabdian Politik, Sosial, Budaya, pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Poleksosbudhankamrata).

Sehingga, sambungnya, ketika ada anggota Banser yang memiliki peluang politik di A manfaatkanlah dan kita dukung. “Baik sebagai Kades, Wakil Bupati, Bupati, Wakil Gubernur, Gubernur dan sebagainya, kita dukung,” ajaknya.

Banser, imbuhnya, memiliki satu kekuatan yang tidak dimiliki organisasi lainnya. Yakni Banser memiliki satu komando. “Banser terkendali oleh satu orang, banser tidak bisa dipecah-pecah. Inilah sesungguhnya kekuatan utama dari Banser,” tandasnya.

Tatang juga berharap agar GP Ansor dan Banser Kabupaten Tegal mampu membuat alat pencetak uang sendiri. Yakni dengan mendirikian usaha mandiri. “Ke depan, GP Ansor dan Banser tidak terlalu banyak membuat proposal untuk mendukung pembiayaan kegiatan, karena  sudah bisa mandiri," terangnya.

Ketika NU Online bertanya, apakah masih diperlukan kekuatan fisik untuk era sekarang? Tatang menjawab ya. Kekuatan fisik itu antara lain untuk memberikan kepercayaan diri pada seluruh anggota banser. “Kekuatan fisik Banser, bukan untuk hal-hal anarkhis,” pungkasnya.

Apel Banser yang digelar dalam rangka peringatan 100 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid dan pelantikan PC GP Ansor Kabupaten Tegal diikuti lebih kurang 5 ribu anggota banser. Mereka berasal dari Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Brebes, Kab. Pemalang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang.

Malam ini tengah di gelar pementasan wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Enthus Susmono dengan lakon  Kumbakarna Gugur. (was)


Terkait