Semarang, NU Online
Beberapa hari belakangan ini, Pemerintah Indonesia disibukkan dengan persiapan menyambut Presiden Amerika Serikat George W Bush 20 November mendatang. Seharusnya, kedatangan Bush tidak hanya merepotkan, tapi membawa manfaat.
“Celaka, kalau kedatangan Bush hanya merepotkan kita yang sudah repot. Dan bodoh, kalau kedatangannya menambah kerepotan kita,” kata Ketua PBNU KH Masdar Farid Mas’udi usai menjadi pembicara dalam Sarasehan Agama Melawan Korupsi di Hotel Pandanaran Semarang, Jalan Pandanaran, Kamis (9/11) kemarin.
<>Masdar menegaskan, pemerintah harus bisa memanfaatkan kedatangan Bush di Indonesia. Saat ini, posisi orang nomor satu di AS itu berada di titik lemah setelah Partai Demokrat berhasil menguasai parlemen dalam pemilihan beberapa hari lalu.
“Mengambil manfaat apa dan bagaimana, itu yang harus dijawab Presiden SBY. Jadi ini bukan soal menolak atau menerima, tapi dari agenda itu, kita dapat apa,” tukas Masdar.
Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta ini menambahkan, terlalu mahal biaya yang dikeluarkan pemerintah dan masyarakat Indonesia jika Bush tak membawa manfaat apa pun. “Yang didapat Bush maupun Indonesia harus seimbang,” katanya.
“Sah-sah saja jika dalam interaksi politik dua pihak bertemu, lalu berharap mendapatkan sesuatu. Sebagai negara Islam terbesar dengan iklim demokrasi yang cukup memadai, Indonesia bisa menekan AS untuk berbuat lebih adil, berhati nurani, dan menggunakan akal sehat dalam percaturan dunia,” papar Masdar.
Masdar yakin semua negara ikhlas dipimpin siapa pun, entah itu Amerika atau negara lain. Namun, pemimpin itu harus berperilaku baik, tak mengedepankan nafsu berkuasa dan tak menggunakan cara destruktif dalam menyelesaikan masalah. (hrb)