Penyair pesantren, D. Zawawi Imron, akan menerima hadiah sastra dari Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Penyerahan hadiah akan dilakukan di Kualalumpur, Malasysia, 30 Nopemper 2010.
Saat ditemui NU Online, Senin, 29 Nopember, sebelum berangkat ke negeri jiran , Zawawi mengatakan bahwa karya yang dinilai dewan juri adalah buku berjudul Kelenjar Laut. Buku ini berisi 73 judul puisi yang diterbitkan Gama Media, Yogykarta, 2007.<>
"Hadiah ini adalah sebuah tantangan baru saya untuk terus istiqomah berkarya. Saya percaya istiqomah itu membuka yang tertutup, meringankan yang berat, dan yang belum indah menjadi indah," kata Zawawi, tawadlu.
Bagi penyair kelahiran Madura 1945 ini, hadiah ini bukanlah yang pertama. Dia tercatat pernah mendapat hadiah utama penulisan puisi ANteve untuk penulisan puisi (1995), Nenek Moyangku Airmata (1987) dapat hadiah Yayasan Buku Utama.
Sementara buku berjudul Celurit Emas dan Nenek Moyangku Airmata (1990) terpilih sebagai buku terbaik Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mastera yang kini berusia 15 tahun memiliki konsen di dunia kesusastraan. Malaysia, Indonesia dan Branaidarussalam adalah anggota tetap dan sekaligus pendiri. Sedangkan Singapura menjadi negara pemerhati.
Selain memberi sejumlah penghargaan, Mastera juga melaksanakan proses pendidikan sastra, bernama bengkel sastra. Sastrawan pesantren kerap yang menjadi menter di sana adalah D. Zawawi Imron dan Acep Zamzam Noor.
Selain D. Zawawi Imron, di antara sastrawan Indonesia yang pernah mendapat anugerah serupa adalah WS Rendra, Kuntowijoyo, KH Musthofa Bisri, Joni Ariadinata. (hh)