Dari Pengkaderan Syuriah hingga Budidaya Udang dan Ternak Kambing
Kamis, 14 Desember 2006 | 03:14 WIB
PRESIDEN RI pertama Soekarno bilang, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Ungkapan terkenal yang kemudian disingkat dengan “Jas Merah” itu tampaknya menjadi inspirasi bagi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) untuk mendokumentasikan sekaligus memublikasikan apa yang telah dilakukan di usianya yang telah menapak 21 tahun.
Momentum Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Lakpesdam NU yang digelar pada 12-14 Desember 2006, di Hotel Carrisima, Palembang, Sumatera Selatan, seakan tak mau dilewatkan begitu saja oleh Lakpesdam NU. Foto-foto kegiatan Lakpesdam dari awal didirikannya tahun 1984 hingga saat ini dipajang di salah satu ruangan tempat Mukernas tersebut digelar.
<>Ruangan Cendrawasih Room, Hotel Carrisima, tak seperti biasanya selama hajatan dua tahunan itu digelar. Tempat berukuran 7 x 5 meter yang sebetulnya untuk ruang pertemuan itu disulap layaknya sebuah galeri foto. Nyaris tak ada seinci dinding pun di ruangan tersebut yang tak tertutup foto-foto aktifitas lembaga yang dibentuk pada Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di Situbondo, Jawa Timur itu.
Tak ayal, ruangan yang terlihat sangat mencolok di antara ruangan yang lain itu, cukup berhasil memikat perhatian setiap peserta Mukernas yang merupakan utusan dari pengurus wilayah dan pengurus cabang Lakpesdam NU se-Indonesia tersebut. Tak ketinggalan, peserta Halaqoh Khittah Nahdliyah Pengurus Cabang NU se-Sumsel yang diselenggarakan sehari sebelumnya pun tergoda untuk melihatnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi yang bersedia hadir pada acara tersebut, menyempatkan diri untuk melihat. “Ini Dubes (Duta Besar) Amerika Serikat (untuk Indonesia-Red) ya?” tanya Hasyim seraya menunjuk sebuah foto prosesi penandatanganan nota kesepahaman antara PBNU dengan pemerintah AS pada September 1988. Saat itu, Dubes AS untuk Indonesia adalah Paul Wolfowitz.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur itu tampak memerhatikan dengan seksama setiap lembar foto yang dipajang. Perhatiannya tertuju pada sebuah foto kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen NU se-Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kalimantan Barat yang diselenggarakan di Bandung pada 1989. Tampak deretan 50-an peserta latihan tersebut.
“Ini kegiatan Lakpesdam NU yang paling strategis dan monumental. Kegiatan ini juga didasari amanat Muktamar ke-27 di Situbondo yang menginginkan Lakpesdam menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia di NU,” terang Kepala Pusat Dokumentasi PBNU Syatiri Ahmad HS kepada Hasyim.
Foto menarik lainnya adalah kegiatan Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK). Program berkelanjutan yang dilaksanakan antara tahun 1995-1996 itu, menurut Syatiri, merupakan program unggulan Lakpesdam NU. Pasalnya, kegiatan tersebut diharapkan mampu mencetak kader yang akan dipersiapkan untuk mengisi posisi pengurus syuriah (legislatif) di setiap tingkatan struktur organisasi NU, termasuk level pengurus besar.
Program yang digagas KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)—saat itu Ketua Umum PBNU—tersebut didasari pemikiran atas kecenderungan posisi pengurus tanfidziyah yang sangat dominan dibanding syuriah. Karenanya, Gus Dur mengusulkan adanya proses pengkaderan untuk syuriah.
“Kualifikasinya antara lain, mereka adalah tokoh atau intelektual muda NU, tingkat pendidikan, kemampuan atas wawasan keulamaan, tokoh masyarakat, dan lain-lain,” terang Syatiri yang juga kepala Perpustakaan PBNU.
Melalui kegiatan itulah, kata Syatiri, kemudian muncul wacana yang sangat dinamis tentang paham Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) sebagaimana dianut NU. Lewat kegiatan itu pulalah, nama KH Said Aqil Siroj (saat ini salah satu ketua PBNU) mulai meroket. Karena, kiai jebolan Universitas Ummul Quro’, Mekah, itu cukup berani melontarkan gagasan agar NU meninjau kembali paham Aswaja yang ditelorkan Rais Akbar Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU).
“Di sini Kang Said (panggilan akrab KH Said Aqil Siroj-Red) mulai populer. Beliau menginginkan agar Aswaja-nya Kiai Hasyim Asy’ari ditinjau kembali,” kisah Syatiri sambil menunjuk sebuah foto KH Said Aqil Siroj berdampingan dengan Gus Dur dan Arif Mudatsir Mandan (saat ini anggota DPR RI dari PPP).
Foto lain yang juga cukup menyita perhatian pengunjung adalah Latihan Budidaya Udang di Pemalang, Jawa Tengah pada 27 September-24 Nopember 1989. Tampak dalam foto tersebut, sampel udang hasil dari latihan budidaya yang mendapat arahan dari pengurus Lakpesdam NU setempat.
“Ini kok ada kambing?” tanya salah seorang pengunjung yang juga peserta Mukernas penasaran. Ya, kambing pun tak luput dari perhatian Lakpesdam NU. Foto tersebut merup