Warta

Delegasi Sudan Kunjungi Museum Asia-Afrika dan Pesantren NU

Jumat, 1 Agustus 2008 | 10:15 WIB

Jakarta, NU Online
Di sela-sela kesibukan mengikuti padatnya jadwal Konferensi Ulama dan Cendikiawan Muslim se-Dunia (ICIS) yang digagas Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) di Jakarta, delegasi dari Sudan menyempatkan diri melakukan kunjungan ke tempat yang mempunyai arti penting bagi rakyat Sudan, yakni Gedung Merdeka dan Gedung Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Mereka juga mengunjungi beberapa pesantren NU di Kota Depok, dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kunjungan tersebut dilakukan pada Kamis (31/7) kemarin.<>

Turut hadir dalam rombongan itu adalah Ketua Dewan Tertinggi Dakwah Islam Sudan Dr Syeikh Umar Idris Hadrah, Dr Syeikh Yassir Yousif, Muhammad Iqbal Lutfi Lc, Hilmi Assidiqi, dan seorang konselor dari Kedutaan Besar Sudan di Jakarta Sholeh Ahmad.

Muhammad Iqbal Lutfi, salah seorang delegasi ICIS dari Sudan mengemukakan, kunjungan ke Bandung dilakukan karena delegasi Sudan merasa memiliki sejarah yang kuat dengan kota tersebut. Kota ini, adalah situs yang sangat bersejarah bagi perjalanan bangsa Sudan. Pasalnya, kota inilah yang memberikan inspirasi bagi kemerdekaan rakyat Sudan pada 1956 silam.

Untuk diketahui, di Bandung, pada 18 April 1955 diselenggarakan konferensi yang mempertemukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Pertemuan ini disebut Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.

Sedangkan negara Sudan baru meraih kedaulatan penuhnya, pada 1 Januari 1956. Kemerdekaan Sudan diraih hanya berselang delapan bulan dari penyelenggaraan KTT Asia Afrika di Bandung. Rakyat Sudan pun merasa mendapatkan banyak inspirasi dan berhutang budi pada Indonesia.

“Kami berterimakasih kepada PBNU atas prakarsa ICIS III. Sehingga kami berkesempatan mengunjungi Gedung Merdeka dan Museum Asia Afrika yang sangat bersejarah bagi bangsa kami,” kata Syeikh Umar Hadra.

Dengan mengunjungi situs-situs bersejarah bagi perjalanan bangsa-bangsa Asia Afrika tersebut, Syeikh Umar berharap Sudan mendapatkan banyak inspirasi untuk mengatasi kesulitan yang kini tengah dihadapinya. Utamanya konflik yang terjadi di Darfur, yang notabene direkayasa oleh negara-negara Barat untuk mengobok-obok kedaulatan Sudan.

“Kami berharap hasil yang dicapai ICIS membawa dampak nyata bagi resolusi konflik di negeri kami. Terima kasih kepada NU dan bangsa Indonesia yang mendukung penuh integritas dan perdamaian di Sudan,” tegasnya.

Delegasi Sudan berharap, penyelenggaraan ICIS yang berakhir pada Jumlat (1/8) diharapkan menjadi forum yang efektif untuk menyampaikan pesan damai dan mengampanyekan realitas sesungguhnya yang terjadi di Sudan kepada publik internasional.

Pasalnya berbagai informasi yang berkembang mengenai Sudan, diputarbalikkan faktanya oleh media-media asing untuk kepentingan Barat. Ketimpangan informasi tersebut terus dihembus-hembuskan untuk kepentingan politik dan ekonomi Barat di Sudan.

Sementara itu, pada hari yang sama delegasi Sudan menyempatkan diri mengunjungi Pesantren Almanar Azhari. Pesantren ini terletak di Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok.

Pesantren Almanar adalah pesantren milik tokoh NU, KH Manarul Hidayat MA. Pesantren ini dipimpin oleh Dr Hakim Assufyani. Sedangkan model pendidikan yang dikembangkan berbasis teknologi informasi (IT), tahfidz Al-Qur’an, dan penguasaan bahasa Arab serta Inggris.

Saat ini Pesantren Al-Manar yang didirikan tiga tahun silam, tercatat memiliki 300 santri putra dan putrid yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Satu pesantren lagi yang dikunjungi delegasi Sudan adalah Pesantren A-Husainy, yang terletak di Desa Ciparay, Kecamatan Ciheulang, Kabupaten Bandung. (hir)


Terkait